Tampilkan postingan dengan label Dunia Artis dan Hiburan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dunia Artis dan Hiburan. Tampilkan semua postingan

Minggu, Mei 29, 2011

Foto Syur Nadila, Melecehkan Institusi Polri

Jakarta, Suara Indonesia News - Foto artis pendatang baru, Nadila Ernesta, yang menggunakan topi polisi beredar luas di internet. Foto ini bukan foto biasa, sebab Nadila tampil sangat seksi. Bahkan terkesan seronok dengan baju minim. Mabes Polri pun menanggapi foto seronok artis pendatang baru tersebut.

Kamis, Mei 19, 2011

Dewi Persik: Julia Peres Penipu!

JAKARTA, Suara Indonesia News

Jakarta, Suara Indonesia News - Belum dicabutnya laporan Julia Perez di Polda Metro Jaya membuat Dewi Persik (Depe) cemas. Janda Saipul Jamil itu kesal dan menuding Jupe penipu.

Depe dan Jupe pernah menandatangani surat perjanjian perdamaian di studio Ahmad Dhani di Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu. Dalam perdamaian yang dimotori Ahmad Dhani dan Camelia Malik itu, mereka sepakat saling mencabut gugatan.

Ada tiga gugatan yang mereka lakukan. Laporan Depe terhadap Jupe di Polsek Matraman, laporan Jupe terhadap Depe di Polda Metro Jaya dan gugatan perdata Rp1,7 miliar yang ditujukan kepada Jupe di Pengadilan Negeri Jakarta Timur.

Juli Peres Meringis Mendengar Kesaksian Dewi Persik

Jakarta, Suara Indonesia News - Sidang atas kasus dugaan penganiayaan yang dilakukan oleh Julia Perez kepada Dewi Perssik kembali digelar. Setelah sebelumnya ditunda dua kali dengan alasan ketua majelis hakim sakit, akhirnya majelis hakim yang sebelumnya di pimpin oleh Jesayas Tarigan SH, mulai Rabu (18/5) ketua hakim di ganti dengan S. Donatus SH.

Agenda sidang kali ini masih beragendakan mendengar keterangan saksi dari pihak Jaksa Penuntut Umum. Saksi pertama yang di panggil adalah si pelapor, dalam kasus ini adalah Dewi Perssik.

Justin Bieber tells Japanese kids: things will get better

TOKYO (Suara Indonesia News) - Canadian pop star Justin Bieber met with Japanese children whose lives have been devastated by an earthquake, tsunami and an ongoing nuclear crisis that has forced thousands of families from their homes.

In Japan for several concerts, the 17-year-old singer spoke briefly with nearly a dozen kids, including some from Otsuchi, a northeastern town massively damaged by the March 11 tsunami.

Senin, Mei 16, 2011

Artis Syahrini digoyang isu foto hot


Jakarta, Suara Indonesia News - Foto Syur Nakal Artis Syahrini beredar - Belum selesai kasus dengan mantan teman duet, Anang Hermansyah, kini muncul foto-foto syur diduga Syahrini dan juga adik sekaligus manajernya, Syahrani.

Sebanyak delapan foto berisi Syahrini dengan beragam pose hot dalam sebuah file bertajuk 'Heboh Foto Hot Skandal Syahrini Dugem Bersama Beberapa Pria'. Sabtu (14/5/2011), Syahrini berpose dengan beberapa artis mirip Daniel Mananta dan juga Glenn Fredly.

Dengan lelaki mirip Daniel, Syahrini terlihat dipeluk tepat di bawah dada kirinya. Pose serupa juga tampak saat Syahrini dengan pria mirip Glenn. Mereka duduk di kursi dengan Syahrini bersender pada Glenn. Tangan kanan Glenn disilangkan di atas dada penyanyi asal Sukabumi itu.

Foto lainnya menampilkan perempuan mirip Syahrani alias Rani sedang berciuman di atas kasur dengan seorang lelaki. Ada juga foto Rani dengan gaya ala ABG memperlihatkan buah dadanya. Di foto lain, artis yang kabarnya kerap clubbing itu tengah berpose hendak berciuman.

Apakah benar ini foto Syahrini dan Rani atau hanya mirip saja? Sejauh ini, kebenarannya belum dapat dikonfirmasi. Okezone hingga kini masih mencoba mengontak kedua perempuan yang tengah jadi sorotan karena kasus dengan Anang itu.

Ini bukan pertama kali Syahrini digoyang isu foto hot. Sebelumnya, penembang Aku Tak Biasa itu juga pernah bikin heboh karena berpose mesra dengan lelaki bule. (Okezone)

Selasa, Maret 23, 2010

Suami Rahma Arab, Anak Bule

Jakarta, Suara Indonesia News - Misteri siapa ayah kandung Rassya Camilla Diah (3), putri artis Rahma Azhari, perlahan mulai terungkap. Ada dugaan Camilla memiliki darah campuran Indonesia dengan Amerika Serikat. Bukan Indonesia-Arab.

Hal itu diungkapkan Alfay Rauf Diah dalam sidang lanjutan perceraiannya dengan Rahma Azhari di Pengadilan Agama Jakarta Selatan, Kamis (17/1). "Kami sudah menyiapkan bukti-bukti kuat, terutama soal Rassya Camilla Diah bahwa benar dia bukan anak biologis Rauf," kata Herry Subagjo, kuasa hukum Rauf, kepada wartawan seusai sidang yang berlangsung tertutup.

Herry menambahkan, bukti-bukti itu yang sudah dikumpulkan tengah disusun dan akan disampaikan ke majelis hakim dalam sidang mendatang. Bukti-bukti itu berupa sertifikat hasil tes DNA Rauf, Rahma, dan Camilla di sebuah rumah sakit di Singapura dan Inggris.

Seperti diberitakan Rahma menggugat cerai Rauf pada Desember 2007. Rahma dinikahi Rauf pada Juni 2004 saat sedang hamil enam bulan. Begitu Camilla lahir dan tumbuh besar, Rauf curiga akan bentuk fisik putrinya itu. Sebab, tak sedikit pun ciri fisik Rauf yang keturunan Arab melekat dalam diri Camilla.Maka pada tahun 2005, Rahma dan Rauf melakukan tes DNA terhadap Camilla di Singapura. Hasilnya Camilla bukan darah daging Rauf. Ketiganya kembali melakukan tes kulit ari dari tenggorokan dan hidung di Inggris. Tes itu menjadi alternatif untuk mengetahui asal-muasal keturunan manusia.

Hasil tesnya persis seperti hasil tes DNA di Singapura. Bahkan, diketahui dalam darah Camilla mengalir darah pria asing berkulit merah, atau penduduk asli Amerika Serikat. Sejak saat itu pertengkaran antara Rahma dan Rauf muncul dan terus berbuntut sampai sekarang. Rauf akan mengajukan bukti tentang hasil tes itu kepada majelis hakim untuk mempertegas status Camilla.

Sementara itu, Secarpiandy SH yang ditunjuk Rahma sebagai kuasa hukumnya, belum mau mengungkapkan isi persidangan cerai kliennya. Bahkan, saat ditanya soal Camilla yang bukan anak dari hasil hubungan Rahma dengan Rauf, Secarpiandy memilih bungkam.

Foto "Remas Dada" Beredar, Rahma Azhari Cuek


JAKARTA, Suara Indonesia News — Foto syur artis Rahma Azhari kembali beredar di internet. Kali ini adik kandung aktris Ayu Azhari itu tampil dengan pakaian lumayan seksi. Tak hanya di situ, ia duduk di pangkuan seorang pria bertopi. Si pria dengan senyum mengembang memeluk Rahma dan meremas bagian dada kirinya.Ketika dihubungi melalui telepon selulernya, Selasa (23/3/2010), Rahma justru menganggap santai foto-foto tersebut. Menurutnya, tak ada yang harus diributkan dari foto-foto itu. Ia bahkan menganggap foto tersebut hanyalah kerjaan orang-orang iseng.

"Foto-foto itu hanya bercanda-canda aja, yang penting enggak di-blow up. Itu kan teman-teman, semua sudah seperti keluarga. Saya ketawa aja melihat foto itu, mungkin ada yang iseng mau blow up. Menurut aku itu enggak penting, biasa aja, itu foto bercanda, dan aku enggak merasa terganggu," ujarnya.

Diungkapkan Rahma, foto tersebut diambil ketika dirinya sedang menjadi bintang tamu di sebuah acara. "Itu ketika ada acara di salah satu kafe di Senayan. Saya habis menyanyi terus foto ramai-ramai. Saya enggak peduli, sudah biarlah. Saya enggak mau mikirin. Saya sudah keseringan seperti ini," ungkapnya.

Toh, menurut Rahma, pria yang bersama di foto tersebut adalah saudaranya. "Tanggapan keluarga enggak peduli karena foto itu enggak penting, di foto itu kan adik sepupu. Saya enggak punya niat apa pun. Saya tetap jadi diri sendiri, terserahlah ini hidup saya, mau ngapain aja terserah saya," tegasnya. (C9-09)

Jumat, Juni 12, 2009

“SETIA SUARA HATI” THE MOVIE


Jakarta, Suara Indonesia News - Seniman satu ini ada saja kiprahnya yang baru. Selepas meluncurkan buku “Menjadi Bintang – kita Sukses Jadi Artis Panggung, Film dan Televisi,” Eddie Karsito akan menyutradarai film layar lebar, menyoal pro-kontra rokok. Beberapa film yang dibintanginya saat ini masih beredar di sejumlah bioskop. Dua diantaranya film “Kalau Cinta Jangan Cengeng” (Sinemart Pictures) dan film “Hantu Biang Kerok” (Djakarta Pictures).

Ada yang menarik, dari upaya yang dilakukan aktor yang juga wartawan ini. Soal gagasannya memotret kisi-kisi kehidupan petani tembakau. Dari mulai fatwa rokok haram, rokok racun kehidupan, industri rokok menyerap tenaga kerja, hingga rokok menyumbang pendapatan negara.“Tapi kami tidak pada posisi memihak. Pro atau kontra. Kami hanya ‘tukang potret.’ Atau mungkin ini cermin,” tukas Penyandang gelar Pemeran Pembantu Pria Terpuji Festival Film Bandung (FFB) 2008 ini memberi alasan.

Seluruh proses produksi dan lokasi shooting film ini, kata dia, akan dilaksanakan di Jember, Banyuwangi dan sekitarnya. Melibatkan sejumlah artis papan atas, selain juga para pemain lokal. Menurut rencana pengambilan gambar akan dimulai Juli-Agustus 2009 mendatang. Dalam waktu dekat ini Eddie dengan Yayasan Humaniora yang didirikannya bekerjasama dengan Cherries Production, akan menggelar casting (pemilihan pemain) di Lumajang, Bondowoso, Situbondo, Banyuwangi dan Jember. “Skenarionya baru rampung saya tulis(judul sementara : “Aku Bicara Lantaran Hati”). Selanjutnya kami akan open-casting di beberapa kota di Jawa Timur,” paparnya.

Apa yang melatar-belakangi pembuatan film ini? Kami suguhkan hasil wawancara lengkap dengan peraih penghargaan Juara 1 Festival Film Independen Indonesia (FFII SCTV) Tahun 2003 ini.
___________________________________________

Eksistensi Anda makin lengkap, penulis, aktor dan sutradara?
Bikin film (baca: seni peran) menjadi salah satu alternatif saja dari begitu banyak pilihan. Seni peran sudah seperempat abad menjadi ruang kreatif saya, diawali dari panggung (teater).
Apa setting cerita film ini?
Kami ingin menyoal rokok sebagai issue utama. Tentu ada content lain agar karya ini menjadi lebih lengkap. Tentang marginalisasi (mustad’afin), kompleksitas kekuatan ekonomi dan monopoli bisnis. Tentang musik, tentang seni tradisi hingga percintaan yang menguras hati. Pokoknya kami berusaha tak sekedar menyuguhkan sebuah film kepada penonton. Tapi ini sebuah realitas dan perilaku. Lewat kerja kreatif ini kami juga ingin berbagi keceriaan, kebersamaan dalam kesederhanaan.

Konflik yang ingin dikedepankan soal rokok?
Rokok menjadi masalah paling pro-kontra di seluruh penduduk bumi mana pun. WHO (World Health Organization) menyimpulkan rokok berbahaya. WHO merekomendasikan untuk melindungi masyarakat dari bahaya asap rokok harus diberlakukan peraturan 100% bebas asap rokok di tempat-tempat umum.Organisasi Kesehatan Dunia ini juga mencanangkan setiap tanggal 31 Mei diperingati “Hari Tanpa Tembakau Sedunia.”

Pemerintah juga menghimbau lewat peringatan yang tertera pada kemasan dan penyampaian iklan rokok. Bahwa rokok dapat menyebabkan kanker, penyakit pernafasan serta kardiovaskuler pada anak-anak serta orang dewasa, mempercepat kematian dan lain-lain.

Bahkan para ulama (Majelis Ulama Indonesia)lebih tegas mengharamkan rokok. Rokok dikategorikan khamar, segala sesuatu yang merusak badan, otak, kesehatan. Termasuk israf (membuang-buang uang).

Tetapi di sisi lain,ribuan orang nasibnya bergantung pada rokok (tembakau). Dilarangnya rokok akan mematikan jutaan petani tembakau. Perusahaan rokok akan merugi. Dampaknya jutaan pekerja di perusahaan rokok terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Sisi lain setiap tahunnya pemerintah mendapat triliunan rupiah dari pemasukan cukai rokok.

Posisi Anda?
Kami tidak pada posisi memihak. Pro atau kontra.Kami hanya ‘tukang potret.’ Biar masyarakat yang menilai hasil potretnya. Atau mungkin ini ‘cermin.’ Dan setiap orang bebas bercermin.

Seperti apa film ini nanti dibuat?
Kami murni membuat film cerita (fiksi)dengan sebisa mungkin memotret realitas yang ada, independen, artistik dan komersil.

Realitas, artinya setting cerita yang kami bangun mendekati realitas kehidupan masyarakat setempat. (Dalam hal ini masyarakat yang menggantungkan nasibnya dari bertani tembakau).

Independen, karena seluruh proses produksi hingga pembiayaan tidak ada campur tangan “cukong” (produser). Murni dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Masyarakat yang mana? Masyarakat yang menginginkan film tumbuh menjadi industri besar dan menjadi kekuatan budaya. Kami share.

Artistik, artinya film ini dibuat seindah mungkin dan semenarik mungkin, bentuk tanggung jawab kami sebagai sineas (baca: seniman bukan sekedar pekerja film). Sebuah karya seni yang memesona sebagai tontonan dan ideal sebagai tuntunan.

Komersil, artinya kami juga menempatkan karya ini sebagai produk industri (komoditas) yang harus laku dijual. Harapan kami setidaknya ‘balik modal’ supaya tetap bisa bikin film lagi. Film terus tumbuh. Dapat menampung jutaan pekerja yang menggantungkan nasibnya di industri ini.

Oleh karenanya, film ini nanti bukan sekedar ‘klangenan’ (kesenangan-hoby) saja, tapi menjadi karya sinematografi yang layak diputar di bioskop, di televisi dan dapat berkomunikasi secara efektif dengan penontonnya.

Jember dan Banyuwangi sebagai setting utama?
Sesuai tema;‘content lokal issue global.’ Lokal artinya, kebutuhan cerita dibuat berdasarkan fenomena masyarakat Jember dan Banyuwangi yang sebagian Pendapatan Asli Daerah (PAD)-nya adalah tembakau. Berdasarkan catatan sejarah masyarakat Jember dan sekitarnya bertani tembakau sejak zaman Belanda. Bahkan di Jember kami temukan sebuah makam tua bertarikh 1859. Makam ini adalah makam Mbah Djamilah Birnie, perempuan Madura yang dinikahi Tuan George Birnie -- orang Belanda yang dulu pertama kali mengajarkan masyarakat pribumi menanam tembakau. Cerita ini akhirnya menjadi salah satu scene dalam film ini.

Global artinya; content yang kami angkat(rokok)bukan hanya problem lokal atau nasional, tetapi internasional. Masyarakat dunia tahu rokok dan bahkan mengkonsumsinya. Karenanya ini issue menarik. Harapan kami secara content maupun artistik film ini dapat disertakan di ajang apresiasi film internasional.

Anda melibatkan potensi lokal?
Membuat film bukan monopoli Jakarta. Artinya film dapat dibuat di mana saja, oleh siapa saja. Termasuk orang-orang daerah dan dikerjakan di daerah. Melibatkan potensi lokal, karena seluruh komponen pembuatan film ini; dari sejak mengidekan (gagasan), sumber daya manusia-nya (SDM), penentuan setting lokasi, sampai pendanaan semua bersumber dari lokal, khususnya lokal Jember, Banyuwangi dan sekitarnya.

Mekanismenya seperti apa?
Kami menyadari semakin banyaknya anak-anak daerah yang ingin terjun di dunia entertainment, khususnya seni peran. Upaya (bikin film) yang kami lakukan setidaknya bisa memberi sarana kreatif buat mereka. Kami menyebutnya ‘semangat berbagi.’

‘Semangat berbagi’ seperti apa. Sineas profesional; mulai aktor, aktris, sutradara dan designer produksi, kami datangkan dari Jakarta. Mereka secara suka rela berbagi ilmunya dengan calon-calon sineas di daerah. Melalui Lembaga Edukasi Yayasan Humaniora kami menggelar workshop. Pembelajaran tentang film, meliputi manajemen produksi film; pra-produksi, produksi dan pasca produksi. Intinya, sumber daya manusia (SDM) asal daerah ini akan kami siapkan untuk menjadi sineas secara profesional, baik untuk menjadi talent (artis), maupun pekerja film-nya (crew).

Upaya ini disambut baik dan mendapat dukungan masyarakat secara luas. Tinggal kami menunggu respon dari pemerintah setempat (Pemerintah Daerah Jember dan Pemerintah Daerah Banyuwangi). Setidaknya film ini dapat diberdayakan sebagai sarana promosi wilayah, menyangkut kekuatan budaya dan pariwisata yang muaranya bisa mendongkrak naik Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan menarik minat investor untuk melakukan kegiatan di bidang industri pariwisata.

Secara komersial Anda terlalu berani ‘menjual’ sesuatu yang tidak populis. Serba lokal, artis lokal dan pendatang baru misalnya?
Tidak melulu artis lokal, tapi kami juga melibatkan artis profesional yang cukup dikenal. Banyak teman-teman artis yang sudah bersedia mendukung. Ketika gagasan ini kami tawarkan mereka cukup antusias ingin menjadi bagian dari proyek ini. Bahkan ada yang merelakan tidak dibayar. Tapi kami tetap profesional. Dan menempatkan mereka sebagai profesional. Artinya meski ini proyek ‘idealis’ (baca: tetap memenuhi standar komersil), mereka akan kita bayar secara profesional. Tidak ada yang gratis. Mereka tidur saja kita bayar, apalagi melakukan sesuatu yang dapat memberi manfaat untuk orang banyak.

Bisa disebut siapa mereka?
Untuk alasan profesional kita belum bisa sebutkan siapa nama-nama artis top yang terlibat. Tetapi yang pasti mereka telah menyatakan kesediaannya secara lisan, ketemu langsung, maupun lewat pesan SMS(Short Message Services). Bahkan beberapa diantara mereka sejak awal ikut mengilhami pembentukan karekter dalam penulisan cerita. Artinya untuk membuat karakter tertentu tercipta karena melihat sosok mereka.

Soal film independen bisa bercerita lebih jauh?
Bicara film setuju atau tidak kita masih berkiblat ke Barat. Dalam hal ini Amerika. Di Amerika film independen lebih berorientasi pada masalah ekonomi. Para sineas membuat film dengan biaya sendiri. Bagi mereka persoalannya sebenarnya bukan masalah biaya, tapi yang lebih penting mereka terbebas dari intervensi Hollywood. Khususnya dalam hal penyusunan cerita sampai dengan masalah menentukan pemain.

Di Indonesia, membuat film independen – sekurang-kurangnya menurut pandangan kami -- terlepas atau di luar sistem produksi yang dianggap mapan. Padahal yang dianggap mapan belum tentu ideal. Kami bikin film independen karena ingin lepas dari “interpensi cukong” -- dari pola produksi yang kami anggap kurang memenuhi standar produksi.

“Interpensi cukong” yang Anda maksud?
Sineas kita sebenarnya cerdas-cerdas. Mereka semua bisa membuat film bagus. Selama diberi kesempatan. Tapi belum semua mendapat kesempatan untuk lepas dari prinsip ekonomi kapitalis; ‘Modal sekecil-kecilnya, untung sebesar-besarnya.’ Dampaknya tak jarang kreatifitas terbatas karena kepentingan kapital. Karya dibuat dengan cara instan, persiapan yang kurang matang, kerja diburu waktu (streping – kejar tayang), hingga biaya produksi yang tak ‘manusiawi’ dengan kata lain murah.

Anda yakin sekali dengan gagasan ini?
Yakin, insya Allah. Atas izin-Nya. Kita adalah pelaku sejarah. Tugas kita bagaimana membuat sejarah terus berubah. Berubah memang sulit. Tetapi tidak berubah adalah fatal./*

Jakarta, Senin 9 Maret 2009
Pewawancara : Ahmad Robith/suaraindonesianews.com


Jumat, Maret 27, 2009

“AKU BICARA LANTARAN HATI” Watu Ulo saksi bisu, Film Pro-Kontra Rokok Akan Dibuat di Jember dan Banyuwangi


Jember, Suara Indonesia News - Seniman satu ini ada saja kiprahnya yang baru. Selepas meluncurkan buku “Menjadi Bintang – kita Sukses Jadi Artis Panggung, Film dan Televisi,” Eddie Karsito akan menyutradarai film layar lebar, menyoal pro-kontra rokok. Beberapa film yang dibintanginya saat ini masih beredar di sejumlah bioskop. Dua diantaranya film “Kalau Cinta Jangan Cengeng” (Sinemart Pictures) dan film “Hantu Biang Kerok” (Djakarta Pictures).

Ada yang menarik, dari upaya yang dilakukan aktor yang juga wartawan ini. Soal gagasannya memotret kisi-kisi kehidupan petani tembakau. Dari mulai fatwa rokok haram, rokok racun kehidupan, industri rokok menyerap tenaga kerja, hingga rokok menyumbang pendapatan negara.“Tapi kami tidak pada posisi memihak. Pro atau kontra. Kami hanya ‘tukang potret.’ Atau mungkin ini cermin,” tukas Penyandang gelar Pemeran Pembantu Pria Terpuji Festival Film Bandung (FFB) 2008 ini memberi alasan.

Seluruh proses produksi dan lokasi shooting film ini, kata dia, akan dilaksanakan di Jember, Banyuwangi dan sekitarnya. Melibatkan sejumlah artis papan atas, selain juga para pemain lokal. Menurut rencana pengambilan gambar akan dimulai Juli-Agustus 2009 mendatang. Dalam waktu dekat ini Eddie dengan Yayasan Humaniora yang didirikannya bekerjasama dengan Cherries Production, akan menggelar casting (pemilihan pemain) di Lumajang, Bondowoso, Situbondo, Banyuwangi dan Jember. “Skenarionya baru rampung saya tulis(judul sementara : “Aku Bicara Lantaran Hati”). Selanjutnya kami akan open-casting di beberapa kota di Jawa Timur,” paparnya.
Apa yang melatar-belakangi pembuatan film ini? Kami suguhkan hasil wawancara lengkap dengan peraih penghargaan Juara 1 Festival Film Independen Indonesia (FFII SCTV) Tahun 2003 ini.
______________________________________________________

Eksistensi Anda makin lengkap, penulis, aktor dan sutradara?
Bikin film (baca: seni peran) menjadi salah satu alternatif saja dari begitu banyak pilihan. Seni peran sudah seperempat abad menjadi ruang kreatif saya, diawali dari panggung (teater).

Apa setting cerita film ini?
Kami ingin menyoal rokok sebagai issue utama. Tentu ada content lain agar karya ini menjadi lebih lengkap. Tentang marginalisasi (mustad’afin), kompleksitas kekuatan ekonomi dan monopoli bisnis. Tentang musik, tentang seni tradisi hingga percintaan yang menguras hati. Pokoknya kami berusaha tak sekedar menyuguhkan sebuah film kepada penonton. Tapi ini sebuah realitas dan perilaku. Lewat kerja kreatif ini kami juga ingin berbagi keceriaan, kebersamaan dalam kesederhanaan.

Konflik yang ingin dikedepankan soal rokok?
Rokok menjadi masalah paling pro-kontra di seluruh penduduk bumi mana pun. WHO (World Health Organization) menyimpulkan rokok berbahaya. WHO merekomendasikan untuk melindungi masyarakat dari bahaya asap rokok harus diberlakukan peraturan 100% bebas asap rokok di tempat-tempat umum.Organisasi Kesehatan Dunia ini juga mencanangkan setiap tanggal 31 Mei diperingati “Hari Tanpa Tembakau Sedunia.”

Pemerintah juga menghimbau lewat peringatan yang tertera pada kemasan dan penyampaian iklan rokok. Bahwa rokok dapat menyebabkan kanker, penyakit pernafasan serta kardiovaskuler pada anak-anak serta orang dewasa, mempercepat kematian dan lain-lain.

Bahkan para ulama (Majelis Ulama Indonesia)lebih tegas mengharamkan rokok. Rokok dikategorikan khamar, segala sesuatu yang merusak badan, otak, kesehatan. Termasuk israf (membuang-buang uang).

Tetapi di sisi lain,ribuan orang nasibnya bergantung pada rokok (tembakau). Dilarangnya rokok akan mematikan jutaan petani tembakau. Perusahaan rokok akan merugi. Dampaknya jutaan pekerja di perusahaan rokok terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Sisi lain setiap tahunnya pemerintah mendapat triliunan rupiah dari pemasukan cukai rokok.

Posisi Anda?
Kami tidak pada posisi memihak. Pro atau kontra.Kami hanya ‘tukang potret.’ Biar masyarakat yang menilai hasil potretnya. Atau mungkin ini ‘cermin.’ Dan setiap orang bebas bercermin.

Seperti apa film ini nanti dibuat?
Kami murni membuat film cerita (fiksi)dengan sebisa mungkin memotret realitas yang ada, independen, artistik dan komersil.

Realitas, artinya setting cerita yang kami bangun mendekati realitas kehidupan masyarakat setempat. (Dalam hal ini masyarakat yang menggantungkan nasibnya dari bertani tembakau).

Independen, karena seluruh proses produksi hingga pembiayaan tidak ada campur tangan “cukong” (produser). Murni dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Masyarakat yang mana? Masyarakat yang menginginkan film tumbuh menjadi industri besar dan menjadi kekuatan budaya. Kami share.

Artistik, artinya film ini dibuat seindah mungkin dan semenarik mungkin, bentuk tanggung jawab kami sebagai sineas (baca: seniman bukan sekedar pekerja film). Sebuah karya seni yang memesona sebagai tontonan dan ideal sebagai tuntunan.

Komersil, artinya kami juga menempatkan karya ini sebagai produk industri (komoditas) yang harus laku dijual. Harapan kami setidaknya ‘balik modal’ supaya tetap bisa bikin film lagi. Film terus tumbuh. Dapat menampung jutaan pekerja yang menggantungkan nasibnya di industri ini.

Oleh karenanya, film ini nanti bukan sekedar ‘klangenan’ (kesenangan-hoby) saja, tapi menjadi karya sinematografi yang layak diputar di bioskop, di televisi dan dapat berkomunikasi secara efektif dengan penontonnya.

Jember dan Banyuwangi sebagai setting utama?
Sesuai tema;‘content lokal issue global.’ Lokal artinya, kebutuhan cerita dibuat berdasarkan fenomena masyarakat Jember dan Banyuwangi yang sebagian Pendapatan Asli Daerah (PAD)-nya adalah tembakau. Berdasarkan catatan sejarah masyarakat Jember dan sekitarnya bertani tembakau sejak zaman Belanda. Bahkan di Jember kami temukan sebuah makam tua bertarikh 1859. Makam ini adalah makam Mbah Djamilah Birnie, perempuan Madura yang dinikahi Tuan George Birnie -- orang Belanda yang dulu pertama kali mengajarkan masyarakat pribumi menanam tembakau. Cerita ini akhirnya menjadi salah satu scene dalam film ini.

Global artinya; content yang kami angkat(rokok)bukan hanya problem lokal atau nasional, tetapi internasional. Masyarakat dunia tahu rokok dan bahkan mengkonsumsinya. Karenanya ini issue menarik. Harapan kami secara content maupun artistik film ini dapat disertakan di ajang apresiasi film internasional.

Anda melibatkan potensi lokal?
Membuat film bukan monopoli Jakarta. Artinya film dapat dibuat di mana saja, oleh siapa saja. Termasuk orang-orang daerah dan dikerjakan di daerah. Melibatkan potensi lokal, karena seluruh komponen pembuatan film ini; dari sejak mengidekan (gagasan), sumber daya manusia-nya (SDM), penentuan setting lokasi, sampai pendanaan semua bersumber dari lokal, khususnya lokal Jember, Banyuwangi dan sekitarnya.

Mekanismenya seperti apa?
Kami menyadari semakin banyaknya anak-anak daerah yang ingin terjun di dunia entertainment, khususnya seni peran. Upaya (bikin film) yang kami lakukan setidaknya bisa memberi sarana kreatif buat mereka. Kami menyebutnya ‘semangat berbagi.’

‘Semangat berbagi’ seperti apa. Sineas profesional; mulai aktor, aktris, sutradara dan designer produksi, kami datangkan dari Jakarta. Mereka secara suka rela berbagi ilmunya dengan calon-calon sineas di daerah. Melalui Lembaga Edukasi Yayasan Humaniora kami menggelar workshop. Pembelajaran tentang film, meliputi manajemen produksi film; pra-produksi, produksi dan pasca produksi. Intinya, sumber daya manusia (SDM) asal daerah ini akan kami siapkan untuk menjadi sineas secara profesional, baik untuk menjadi talent (artis), maupun pekerja film-nya (crew).

Upaya ini disambut baik dan mendapat dukungan masyarakat secara luas. Tinggal kami menunggu respon dari pemerintah setempat (Pemerintah Daerah Jember dan Pemerintah Daerah Banyuwangi). Setidaknya film ini dapat diberdayakan sebagai sarana promosi wilayah, menyangkut kekuatan budaya dan pariwisata yang muaranya bisa mendongkrak naik Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan menarik minat investor untuk melakukan kegiatan di bidang industri pariwisata.

Secara komersial Anda terlalu berani ‘menjual’ sesuatu yang tidak populis. Serba lokal, artis lokal dan pendatang baru misalnya?
Tidak melulu artis lokal, tapi kami juga melibatkan artis profesional yang cukup dikenal. Banyak teman-teman artis yang sudah bersedia mendukung. Ketika gagasan ini kami tawarkan mereka cukup antusias ingin menjadi bagian dari proyek ini. Bahkan ada yang merelakan tidak dibayar. Tapi kami tetap profesional. Dan menempatkan mereka sebagai profesional. Artinya meski ini proyek ‘idealis’ (baca: tetap memenuhi standar komersil), mereka akan kita bayar secara profesional. Tidak ada yang gratis. Mereka tidur saja kita bayar, apalagi melakukan sesuatu yang dapat memberi manfaat untuk orang banyak.

Bisa disebut siapa mereka?
Untuk alasan profesional kita belum bisa sebutkan siapa nama-nama artis top yang terlibat. Tetapi yang pasti mereka telah menyatakan kesediaannya secara lisan, ketemu langsung, maupun lewat pesan SMS(Short Message Services). Bahkan beberapa diantara mereka sejak awal ikut mengilhami pembentukan karekter dalam penulisan cerita.Artinya untuk membuat karakter tertentu tercipta karena melihat sosok mereka.

Soal film independen bisa bercerita lebih jauh?
Bicara film setuju atau tidak kita masih berkiblat ke Barat. Dalam hal ini Amerika. Di Amerika film independen lebih berorientasi pada masalah ekonomi. Para sineas membuat film dengan biaya sendiri. Bagi mereka persoalannya sebenarnya bukan masalah biaya, tapi yang lebih penting mereka terbebas dari intervensi Hollywood. Khususnya dalam hal penyusunan cerita sampai dengan masalah menentukan pemain.

Di Indonesia, membuat film independen – sekurang-kurangnya menurut pandangan kami -- terlepas atau di luar sistem produksi yang dianggap mapan. Padahal yang dianggap mapan belum tentu ideal. Kami bikin film independen karena ingin lepas dari “interpensi cukong” -- dari pola produksi yang kami anggap kurang memenuhi standar produksi.

“Interpensi cukong” yang Anda maksud?
Sineas kita sebenarnya cerdas-cerdas. Mereka semua bisa membuat film bagus. Selama diberi kesempatan. Tapi belum semua mendapat kesempatan untuk lepas dari prinsip ekonomi kapitalis; ‘Modal sekecil-kecilnya, untung sebesar-besarnya.’ Dampaknya tak jarang kreatifitas terbatas karena kepentingan kapital. Karya dibuat dengan cara instan, persiapan yang kurang matang, kerja diburu waktu (streping – kejar tayang), hingga biaya produksi yang tak ‘manusiawi’ dengan kata lain murah.

Anda yakin sekali dengan gagasan ini?
Yakin, insya Allah. Atas izin-Nya. Kita adalah pelaku sejarah. Tugas kita bagaimana membuat sejarah terus berubah. Berubah memang sulit. Tetapi tidak berubah adalah fatal./*

Jakarta, Maulid Nabi Muhammad SAW, Senin 9 Maret 2009
Pewawancara : Ahmad Robith/suaraindonesianews.com

Kamis, Februari 12, 2009

Launching FILM LAYAR LEBAR “HANTU BIANG KEROK”


LATAR BELAKANG
Dalam rangka untuk memajukan perfilman Indonesia khususnya yang bergenre horror, maka kami bermaksud untuk membuat sebuah film layar lebar dengan mengangkat tema cerita yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai dari sebuah persahabatan dan rasa kekeluargaan, juga mengakui bahwa hanya Tuhanlah penguasa alam semesta.
Dengan adanya film ini kami berharap dapat mengajak para pencinta film horror pada khususnya dan yang bukan pencinta film horror pada umumnya untuk mencintai film horror produksi anak bangsa. Selain itu, kami juga berharap dapat membentuk paradigma positif serta menyadarkan dikalangan penonton dan masyarakat bahwa film horror yang baik adalah film horror yang tidak membodohi dan menyesatkan para penontonnya, juga membawa pesan yang mengandung unsur-unsur positif dalam berpikir.
Project Film Djakarta Pictures

1. Format : Film Layar Lebar
2. Judul : Hantu Biang Kerok
3. Penulis Cerita : Fadly Fuad
4. Genre Film : Horror, Drama dan Komedi
5. Target Pemirsa : Semua Umur
6. Durasi : 100 (seratus) Menit / 1 Jam 40 Menit
7. Format Tayangan : Rekaman



Hantu Biang Kerok Talent List :

Fadly Fuad Sebagai Ferry
Erland Joshua Sebagai Simon
Rizky Mocil Sebagai Aryo
Umar Syarief Altaz Sebagai Rifky
Diego Dimas Sebagai Steve
Kamidia Radisti Sebagai Ocha
H. Nazar Amir Sebagai Pak Burhan
Opie Kumis Sebagai Adung
Eddie Karsito Sebagai Japra
Hj. Elvy Sukaesih Sebagai Nyak' Halimah
H. Nirin Kumpul Sebagai Babeh Rohim
Mpok' Nori Sebagai Mpok Nori
Suty Karno Sebagai Mak Gendut
Dorce Gamalama Sebagai Mbah Upit
Vega Darwanti “Empat Mata” Sebagai Wulan Sexy
Rita Hasan Sebagai Safira
Melela Gayo Sebagai Djarwo Wisesa
Nurul Fawzia Alba Sebagai Fani
Rafi Cinoun Sebagai Eko
Aldo Bamar Sebagai Haji Anwar
Vika Maharani Sebagai Santi



“Hantu Biang Kerok” Team Djakarta Pictures :

Executive Producer : Venche Rumondor
Executive Producer : Ridwan Limantoro
Producer 1 : Fadly Fuad
Writer : Fadly Fuad
Director : Wiendy Widasari
Director Of Photography : Uche T Santoso


SINOPSIS
Ferry, Rifky, Simon, Aryo & Steve sudah bersahabat sejak kecil. Saat mereka remaja, Steve harus pindah rumah mengikuti orang tuanya. Selang beberapa tahun, saat Steve akan melangsungkan pernikahannya, Steve kembali datang kelingkungan tempat tinggal lamanya untuk mengundang ke empat sahabat karibnya. Simon yang tidak mau kehilangan momen berharga yaitu kesempatan untuk bertemu dengan Steve, langsung mengatur sebuah pesta bujang dengan membuat kejutan kecil untuk Steve dan ketiga sahabatnya. Di sebuah rumah tua, Simon mengajak keempat sahabatnya dan mengundang seorang penari perut yang sexy bernama Safira. Akan tetapi karena sebelumnya Safira telah menerima 5 order tarian yang membuat Safira terlalu letih dan sangat mengantuk, sehingga hal ini membuat acara Simon Cs menjadi hampir berantakan. Akhirnya sebagai alternatif pengganti acara yang hampir berantakan, Simon mengeluarkan permainan “Jangka Setan” yaitu permainan memanggil arwah dengan menggunakan media jangka. Simon membacakan semua mantra, yang membuat Aryo ketakutan, sedangkan yang lain sangat menyukai permainan itu. Saat suasana mulai aneh, tiba-tiba seseorang yang cukup disegani di Kampung Batu Dalem yaitu Pak Burhan dan dua orang hansip yaitu Hansip Japra dan Hansip Adung datang membubarkan acara mereka. Akhirnya Ferry Cs pulang kerumah masing-masing.
Ketika Steve sampai dirumah, ia mengalami keanehan dan diganggu oleh Hantu Wanita Tua yang telah terpanggil oleh ulah mereka pada saat memainkan permainan Jangka Setan tadi. Keesokan harinya mereka semua mulai dihantui oleh beberapa mahluk halus. Ferry juga bertemu dengan seorang gadis misterius yang mulai mencuri hatinya. Bagaimana Ferry Cs dapat menghadapi masalah yang kini datang dan semakin lama semakin menimbulkan konflik pada persahabatan mereka??? Dan akankah juga Ferry menemukan cinta sejatinya???

All Information About Movie “Hantu Biang Kerok”

Nama gue Fadly Fuad berperan sebagai Ferry seorang anak keturunan betawi yang rada ngocol, pemberani, setia kawan & mudah emosi. gue mempunyai empat sahabat sejati yaitu Simon (Erland Joshua) yang keturunan Ambon, Rifky (Umar Syarief Altaz) yang keturunan Arab, Aryo (Rizky Mocil) yang keturunan Jawa, dan Steve (Diego Dimas) yang keturunan Chinese. Hidup gue emang biasa-biasa aja, gue punya adik yang rese dan bawel bernama Fani (Nurul Fawzia Alba), pembantu yang rada banci bernama Eko (Rafi Cinoun), nyokap yang cantik dan penyabar bernama Halimah (Hj. Elvy Sukaesih), dan Babeh Rohim (H. Nirin Kumpul) yang bikin hidup gue jadi super bete gara-gara gue harus berhenti kuliah dan punya ibu tiri yang kayaknya lebih pantes jadi cewek gue namanya Wulan (Vega Darwanti “Empat Mata”), gue dan keempat sahabat gue paling suka nongkrong di warung kopi Mpok' Nori, karena disana ada anaknya Mpok Nori yang cantik namanya Santi (Vika Maharani) dan selalu jadi inceran sahabat-sahabat gue.
Masalah mulai terjadi karena Simon maen jangka setan pada pesta bujangnya Steve yang berada dirumah tua yang angker dan disegel oleh orang yang cukup disegani di Kampung Batu Dalem yaitu Pak Burhan (H. Nazar Amir), dia juga punya 2 anak buah yang sok sangar tapi bodohnya gak ketulungan yaitu Japra (Eddie Karsito) dan Adung (Opie Kumis). Lama kelamaan gue dan semua sahabat gue mulai diteror setan, sampe-sampe si Rifky nekat minta tolong sama dukun yang bernama Mbah Upit (Dorce Gamalama), selain itu banyak juga warga yang benci sama gue karena kepancing hasutan Mak Gendut (Suty Karno). Jujur gue bingung banget harus gimana cari jalan keluarnya, walaupun gue sempet minta tolong sama Pak Haji Anwar (Aldo Bamar) yang cuma bisa kasih solusi ke gue yaitu kuncinya adalah keyakinan...
Emang nasib gue kali yang apes, sekalinya dapet kenalan sama cewek yang cantik namanya Ocha (Kamidia Radisti) dan baru aja gue mau usaha untuk pedekate, tapi itu cewek ngilang mulu gak jelas kemana perginya walaupun gue cuma punya no hp nya doang yang bikin gue diledekin mulu sama temen-temen gue, mereka pikir gue udah kelamaan jomblo terus jadi konslet punya cewek khayalan.... Apa kate lo dah Sob....
Mau tau gimana nasib gue selanjutnya??? wah kalo gue ceritain, bakal gak seru dong... mending lo semua nonton aja Film “Hantu Biang Kerok” di bioskop-bioskop kesayangan anda... gue jamin lo bakal tegang, ketakutan, ketawa, sedih, dan yang paling penting lo bakal dapet pesan-pesan moral yang berharga dari film ini....

Thanks & Love
Fadly Fuad
(Producer Djakarta Pictures)

Scene terberat gue selama shooting film “Hantu Biang Kerok” :

Scene dimana gue ngimpi dikubur hidup-hidup oleh warga yang gue gak kenal, dalam scene ini gue harus melakukan adegan ini langsung alias gue & kameranya dikubur hidup-hidup, kuburan digali, ditutup pake papan-papan, ditimbun tanah, disemprot asap... Jujur serem banget, gue jadi tau gimana rasanya didalam kubur yang gelap dan pengap, saat melakukan adegan ini gue ngerasa bahwa banyak banget dosa-dosa gue didunia ini & gue jadi berniat untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi dihari esok, Amiin...
Scene dimana gue harus melakukan adegan ciuman dengan Ocha (Kamidia Radisti), scene ini bikin gue geregetan, bukannya apa-apa... Gue kan harus melakukan adegan ini dengan wajah yang takjub bercampur sedih, tapi pada kenyataannya menurut sang sutradara pada saat pengambilan gambar malah wajah gue kelihatan Mupeng / Mesum... Gue gak tau kenapa & menurut gue emang wajah gue dari sananya udah Muke Mesum kali yee he..he..he..
Scene gue dan temen-temen gue nonton tari perutnya Safira (Rita Hasan), gila bikin horny & pusing banget... Bikin pikiran gue jadi ngaco he..he..he.. Anyway diluar film Safiranya malah cinlok sama gue loh...
Banyak juga muncul penampakan-penampakan mahluk halus pada saat pengambilan gambar di berbagai lokasi antara lain di Kuburan Cinere yang terdengar jelas suara cekikikan kuntilanak, di Rumah Tua Cilandak terlihat wajah kuntilanak yang tertangkap oleh kamera fotografer, ada juga pocong asli yang hampir menyusup masuk kedalam kain kafan yang digunakan oleh pemain yang menjadi pocong, yang menyebabkan secara tiba-tiba kain kafan tersebut tidak muat dipakai dan hampir saja membuat si pemain pocong kesurupan...


Visi & Misi gue menjadi seorang Producer :

Visi gue, pengen banget membuat film-film layar lebar yang “Antik” yang jarang diproduksi ditanah air...
Misi gue, adalah mencoba untuk merangkul kembali & memberikan kesempatan kepada para pemain senior kita yang notabene saat ini hampir terlupakan didalam produksi perfilman nasional, agar mereka dapat tetap eksis. Biar bagaimanapun menurut gue, kalo bukan kita-kita yang merangkul mereka... siapa lagi??? jangan sampai generasi penerus kita tidak mengetahui bahwa sejak dulu telah ada aktor/aktris yang sangat terkenal pada eranya. Maka daripada itu gue ingin mencoba menggabungkan pemain-pemain era dulu dengan era sekarang, karena gue menganggap mereka semua adalah orang-orang tua yang gue cintai seperti layaknya orang tua gue sendiri. Dan satu hal lagi, gue pengen banget melestarikan kebudayaan Betawi karena gue cinta banget sama kota Jakarta.

Thanks & Love
Fadly Fuad
(Producer Djakarta Pictures)


Sabtu, Februari 07, 2009

Produksi Miracle Production 2009, Sinetron Komedi Satire “MALIOBORO”


Yogja, Suara Indonesia News - Sinetron Komedi Satire “MALIOBORO” adalah drama yang menggambarkan realitas sosial masyarakat Indonesia, hari ini. Seluruh proses shooting di lakukan di kota Yogyakarta, khususnya kawasan Malioboro. Diambilnya setting Malioboro, karena kawasan jalan legendaris Yogyakarta itu, mampu mewadahi bertemunya berbagai karakter sosial, dengan berbagai latar belakang serta masalah. Malioboro adalah sebuah melting pot yang memungkinkan untuk bercerita mengenai masalah-masalah yang aktual di masyarakat.

Salah satu yang membedakan drama ini dengan berbagai tayangan sinetron televisi, ia tidak mengangkat cerita dan masalah individu. Namun, yang lebih dikedepankan adalah cerita atau masalah sosial masyarakat yang aktual. Ia kadang juga berbicara masalah ekonomi dan politik nasional, yang menyangkut hajat hidup orang banyak.

Sekali pun demikian, Sinetron Komedi Satire “MALIOBORO” bukan sketsa sosial. Karena cerita ini digarap dengan menggabungkan teknik bertutur multi-plot. Jika pun ada warna komedi, Malioboro bukan komedi situasi (atau sitcom), karena ada drama kehidupan yang menyangkut tokoh-tokoh utama, yang secara tetap akan muncul menjadi outline sebuah cerita yang berkembang, berdasar pertumbuhan karakter tokoh-tokohnya.

Cerita-cerita dalam Sinetron Komedi Satire “MALIOBORO” ini digali dari kenyataan-kenyataan aktual di masyarakatnya. Namun cerita itu digali dalam tingkat kedalaman atau substansi masalahnya, sehingga tidak sekedar hiburan yang ringan dan sekenanya.Sudah saatnya, tayangan di televisi Indonesia juga mewadahi keinginan-keinginan sebagian masyarakatnya, untuk mendapatkan tayangan yang berkualitas. Yakni tayangan yang memiliki sudut pandang berbeda, dengan gaya yang lain, dan dengan teknik penyampaian yang tidak sama dengan mainstream.

Sehingga dengan demikian, masyarakat kembali bisa berharap, bahwa tayangan hiburan di televisi, tidak sekedar untuk melarikan diri dari kenyataan keseharian yang pahit dan menegangkan, tetapi juga untuk mendapatkan hiburan yang menyehatkan.

Sinetron Komedi Satire “MALIOBORO” merupakan tayangan serial lepas. Menurut rencana akan diproduksi sebanyak 50 episode. Sinetron ini setiap episodenya memiliki tema berbeda. Episode perdana bertajuk “Calon Wakil Rakyat.” Mengangkat cerita tentang Caleg (Calon Legislatif) tingkat Nasional asal Jakarta, dari Dapil (Daerah Pilihan) Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Lokasi shooting sinetron ini sepenuhnya di kawasan Malioboro. Diantaranya di Guest House Rumah Eyang, kemudian di jalan Kemitiran dan jalan Mangkubumi Yogyakarta. Pengambilan gambar episode perdana dimulai, Selasa, 3 Januari 2009. Apa yang melatarbelakangi shooting di kota gudeg ini? “Kami ingin mendapatkan atmosfir kawasan Malioboro secara real sesuai tuntutan cerita. Selain itu, kami juga ingin mengkaryakan seniman-seniman lokal sebagai bintangnya, termasuk juga crew -nya. Harapannya, industri film secara kreatif juga bisa berkembang di daerah,” terang Bertha Suranto, dari Miracle Production, yang memproduseri sinetron ini.

Soal tema tontonan di televisi, kata Bertha, idealnya ada keberpihakan pada kepentingan publik. Ada tanggung jawab sosial. Tidak cuma berorientasi rating. Itu sebabnya, pemilik sekaligus pendiri Gravity Film ini termotivasi membuat film televisi yang memiliki pendekatan budaya dengan contens lokal. “Bikin sinetron serius bukan berarti susah dicerna. Di Komedi Satire Malioboro ini kami ingin menyuguhkan tontonan edukatif, tapi ringan. Jauh dari persoalan cinta segi tiga, perselingkuhan, pertengkaran dan impian semusim yang secara kultural tak membentuk wawasan,” ungkap Bertha.

Minggu, Desember 14, 2008

Marcella Tersangka, Syuting Film 'Lastri' Tertunda

Jakarta, Suara indonesia news - Syuting film 'Lastri' sempat tertunda gara-gara dikecam oleh sekelompok orang di Solo karena dianggap berbau komunis. Kini menurut sang sutradara, 'Lastri' harus tertunda lagi. Alasannya, sang bintang utama Marcella Zalianty jadi tersangka kasus penganiayaan.

Sang sutradara Eros Djarot mengungkapkan kalau syuting film 'Lastri' pastinya tertunda dengan adanya masalah yang sedang dihadapi Marcella. Ditambah lagi lawan main Dian Sastro dalam film 'Bintang Jatuh' itu tak hanya tampil sebagai pemain tapi juga duduk sebagai produser di film itu.
"Ya ditunda dulu pastinya, mau gimana lagi produsernya sedang mengalami musibah," ujar Eros Djarot saat dihubungi detikhot saat dihubungi lewat telepon, Jumat (5/12/2008).

Mengenai kasus yang sedang dialami pemainnya itu, Eros mengaku tidak tahu duduk persoalannya. "Saya tidak tahu soal masalah ini. Masalah ini jauh dari apa yang sedang saya kerjakan sama dia yaitu film," tambahnya.

Kapan penggarapan film itu akan dilanjutkan? Eros pun menjawab,"Masih menunggu bagaimana keputusan nanti, kalau saya siap kapan saja.".

Syuting Film 'Lastri' Terancam Batal


Jakarta, Suara Indonesia News - Pengerjaan film 'Lastri' sempat tertunda karena ditentang oleh sejumlah Ormas. Kini syuting film tersebut terancam gagal dilanjutkan gara-gara pemain sekaligus produsernya, Marcella Zalianty, menjadi tersangka kasus penganiyaan dan penculikan.

"Kalau pemeran utamanya nggak dilepas-lepas yah kita nggak bisa syuting," ujar Erros Djarot, sutradara film 'Lastri', saat ditemui di Teater Populer, Jl Kebon Pala 1 No. 295, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu (13/12/2008).
Pria berkumis itu menjelaskan kalau kelanjutan pengerjaan film 'Lastri' benar-benar berkaitan erat dengan sosok Marcella Zalianty. Erros kini tak dapat berbuat banyak setelah pemain film 'Brownies' itu mendekam di tahanan Polres Jakarta Pusat.

Erros bahkan mempersilahkan sejumlah krunya untuk menerima tawaran pekerjaan di tempat lain ketika film 'Lastri' semakin tidak jelas nasibnya. "Kita memberikan kesempatan kepada seluruh kru untuk mengambil tawaran di tempat lain," imbuhnya.


Erros Djarot: Ada Apa Dengan Lastri?


Jakarta, Suara Indonesia News - Erros Djarot benar-benar dibuat bingung dengan film 'Lastri' yang sedang ia sutradarai. Setelah ditentang sejumlah Ormas, kini film tersebut terancam batal dilanjutkan. "Ada apa dengan Lastri?" ujarnya.

Syuting film yang diproduseri oleh Marcella Zalianty itu sempat ditunda karena diprotes oleh sejumlah organisasi keagamaan di Solo dan di Yogyakarta. Ormas-ormas itu menilai film 'Lastri' menyebarkan ajaran komunisme.

Setelah diprotes, kelanjutan film yang juga dibintangi oleh Dwi Sasono dan Artika Sari Devi itu kembali terganjal. Sang produser sekaligus pemeran Lastri, Marcella Zalianty, ditetapkan polisi sebagai tersangka kasus penganiyaan dan penculikan pria bernama Agung Setyawan.

Marcella bersama Ananda Mikola, pria yang digosipkan sebagai kekasihnya, ditahan di Mapolres Jakarta Pusat. Selain mereka, Sergio, adik Marcella, dan 4 karyawan peraih piala Citra 2006 tersebut juga ditahan polisi.
Tak hanya itu, Erros pun juga dituduh menyebarkan paham komunisme lewat film 'Lastri' "Saya sempat berpikir ada apa dengan Lastri? Ada juga orang-orang yang nuduh saya bahwa saya menyebarka ajaran komunisme," tuturnya saat ditemui di Teater Populer, Jl Kebon Pala 1, No. 295, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu (13/12/2008) malam.

Erros mempersilahkan orang untuk berpikir macam-macam soal dirinya, namun ia meminta jangan mengekang kebebasan berekspresi dan berkreasi dengan alasan apapun. Mantan politisi PDI-P itu menegaskan sekali lagi kalau film 'Lastri' dibuat bukan untuk menghidupkan lagi ajaran komunis yang sudah lama tidur.

"Tolong jangan berpikir seperti politisi jaman dahulu. Tolong agar rakyat Indonesia jangan lagi dibodohi," pungkasnya.



Wulan Guritno Berbahasa Inggris di Film Terbaru


Bandung, Suara Indonesia News - Dalam film terbarunya, 'Rasa', Wulan Guritno akan berdialog dengan menggunakan bahasa Inggris. Hal itu dilakukannya untuk menembus pasar internasional.

Dalam film bergenre drama komedi itu, Wulan akan beradu akting dengan Christian Sugiono dan Ray Sahetapy. Namun sayang, ibu satu anak itu enggan membocorkan kapan film itu akan diluncurkan ke bioskop dan siapa yang menyutradarainya.

Yang pasti Wulan mengaku tertarik dengan pengalaman barunya, bermain film dengan menggunakan bahasa Inggris. "Ini salah satu cara untuk mengenalkan film kita ke luar negeri," ujarnya saat ditemui belum lama ini di Bandung, Jawa Barat.
Ketika dimintai komentarnya soal ajang Festival Film Indonesia (FFI) 2008, Wulan menilai kalau film-film yang dinominasikan benar-benar diluar dugaan banyak orang. Selama ini banyak pihak meyakini kalau film seperti 'Ayat-ayat Cinta' dan 'Laskar Pelangi', akan menguasai FFI 2008.

"Aku nggak nyangka aja, soalnya film yang menang dan yang masuk nominasi bukan film mainstream," imbuhnya.

Walau tidak menjual jutaan tiket di bioskop, Wulan tetap beranggapan kalau film-film yang bersaing di FFI 2008 memang layak mendapat apresiasi.


Film 'Fiksi' Kantongi 4 Piala FFI 2008


Bandung, Suara Indonesia News - Pagelaran FFI 2009 kembali digelar. Kali ini film 'Fiksi' berjaya dengan mengantongi 4 piala sekaligus. Termasuk di antaranya film terbaik dan sutradara terbaik.

Dua penghargaan lainnya adalah untuk Penulis Skenario Terbaik yaitu Joko Anwar dan Mouly Surya juga Penata Musik Terbaik oleh Zeke Khaseli. Selain sebagai penulis, Mouly juga sutradara film yang dibintangi Ladya Cheryl dan Kinaryosih itu.

"Saya nggak ngarep. Menang syukur. Menurut saya ada yang lebih baik," ujar Mouly ditemui di pelataran Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Jumat (12/12/2008) malam.

Sementara itu posisi Aktris dan Aktor Terbaik diambil dari film 'Radit n' Jani'. Vino G. Bastian dan Fahrani menduduki kursi jawara. Sayangnya kedua bintang tersebut tak bisa menghadiri acara malam penganugerahan.
Posisi Aktris Pendukung Terbaik diraih Aryani Krieyenburg W, seorang pendatang baru yang bermain di film 'Under the Tree' milik Garin Nugroho. Aktor Pendukung Terbaik adalah Yoga Pratama dari film '3 Dosa 3 Cinta'.

"Aku speechless, sempat diam dulu tadi 5 detik di atas panggung," tutur Yoga yang pernah bermain dalam beberapa film Indonesia di masa kecilnya.

Pemenang-pemenang lain adalah Penata Gambar Terbaik yang diraih Yoga Krispatama dalam 'Claudia/Jasmine' juga Penata Suara Terbaik yaitu Satrio Budiono di film 'May'.


Rabu, Desember 10, 2008

Abdul chides Fox, `Idol' producers over stalker


LOS ANGELES, Suara Indonesia News – Paula Abdul says the Fox network and "American Idol" producers knew Paula Goodspeed had stalked her, and allowed the woman to audition for the show anyway.

"I said this girl is a stalker of mine and please do not let her in," Abdul said Monday during an interview with Barbara Walters on her Sirius XM radio show.

Goodspeed was found dead of an apparent suicide in a car near Abdul's home last month.

Abdul said "Idol" producers ignored her protests and brought Goodspeed on the show "for entertainment value."

"It's fun for them to cause me stress," Abdul said. "This was something that would make good television."

At the behest of producers, Goodspeed appeared on the show more than once, Abdul said.

Both Fox and Fremantle Media North America, which produces "American Idol," declined to comment Tuesday.

Abdul, 46, said Goodspeed had written her "disturbing letters" for nearly 18 years and that she maintained a restraining order against the woman at times.

The "American Idol" judge also accused Fox of making her home address public, although she added that Goodspeed found the place on her own after an audition: "She followed me home with her mom."

When Walters asked why Abdul remains on a show that put her in peril, Abdul replied: "I'm under contract."



Rabu, Desember 03, 2008

Peluncuran Buku “Menjadi Bintang” Karya Eddie Karsito, Tak Banyak Buku yang Mengulas Seni Peran Secara Lengkap


Jakarta, Suara Indonesia News - Perkembangan perfilman nasional yang juga tidak boleh dilewatkan adalah terbentuknya pasar. “Pasar tidak selalu berkonotasi bisnis. Tidak selalu mereka yang datang ke bioskop menyaksikan film dengan membeli karcis. Pasar bisa juga diartikan komunitas, kineklub, independent film makers, hingga grup-grup diskusi film yang jumlahnya terus bertambah. Mereka ini perlu terus diedukasi tentang film. Karena merekalah yang sesungguhnya penonton film Indonesia,” ujar Direktur Perfilman Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film Departemen Kebudayaan & Pariwisata RI, Drs. Ukus Kuswara, MM. yang hadir dalam acara peluncuran buku “Menjadi Bintang : Kiat Sukses Jadi Artis Panggung, Film dan Televisi” karya Eddie Karsito, di Gedung Film, Jakarta, Senin (1/12).

Oleh karena itu, kata Ukus, terbitnya buku ini diharapkan dapat meningkatkan apresiasi masyarakat tentang film, sejalan dengan strategi pembangunan perfilman nasional. “Buku dengan contens variatif ini diharapkan ikut mendorong geliat industri perfilman yang berbobot, berbudaya, marketable serta dapat memfasilitasi calon-calon sineas muda untuk lebih mengembangkan potensinya. Dapat melengkapi khasanah kepustakaan yang ada, menjadi media edukasi bagi anak-anak muda yang ingin belajar ilmu sinematografi dan industri pertelevisian,” paparnya.

Acara peluncuran buku ini juga dilanjutkan dengan pembahasan dan ulasan mengenai bukunya. Bertindak sebagai pembicara dan nara sumber Drs. Ukus Kuswara, MM, Labes Widar, Sutradara, Akhlis Suryapati, Budayawan & Wartawan Senior, Pengurus PWI Jaya, Sutradara & Ketua SENAKKI, Aditya Gumay, Aktor, Sutradara & Pimpinan Sanggar Ananda, Ahmad Taufik, Finance Director Ufuk Publishing House, Bakar Bilfagih, Production Director Ufuk Publishing House, dan Eddie Karsito penulisnya.

Hadir juga para aktor film dan bintang sinetron antara lain Samuel Rizal, Andhika Pratama, Dorman Borisman, Diding Boneng, Defie Litiza, Miss Celebrity Favorite, Widya Natasha Desiree, Miss Celebrity Photogenic, Dian Puspa Riny, Miss Celebrity Best Hair, Sandra Olga, Miss Celebrity Best Skin dan Corry Restina Pamela, Miss Celebrity Best Smile Miss Celebrity Indonesia 2008 SCTV yang didampingi Ronny Kusuma, Senior Manager Production SCTV & Project Officer Miss Celebrity Indonesia.

Tak banyak buku yang mengulas tentang seni peran beserta pernik-pernik media ekspresinya. Terutama di media film dan televisi. “Selama ini buku yang beredar lebih banyak hanya membahas tentang seni akting, keaktoran dan lain-lain. Tetapi buku ‘Menjadi Bintang’ ini tak hanya membahas seni peran saja tetapi lengkap. Bahkan ada alamat PH dan televisi lengkap dengan nomor telpon. Ini sangat membantu orang-orang yang ingin melamar jadi artis,” kata actor kawakan Dorman Borisman.

Aditya Gumay dalam komentarnya, membaca buku ‘Menjadi Bintang’ seperti membaca kisah perjalanan penulisnya, Eddie Karsito. ”Ia bukan cuma mendeskripsikan apa yang dilihatnya, melainkan memaparkan apa yang dikerjakannya. Dia aktifis teater, pekerja film dan sinetron yang mampu menuangkan pengalaman dan gagasannya dalam bentuk tulisan. Di dunia seni peran, entah itu urusan pementasan di panggung, urusan produksi film atau sinetron, dia tidak hanya berkutat pada kemampuannya berakting sebagai aktor. Tapi menjamah semua lini. Termasuk urusan manajemen produksi. Totalitas kerja keseniannya tidak diragukan. Buku ini sangat diperlukan. Paling lengkap. Seni peran dibahas dalam tiga medium ekspresi; Panggung, Film dan Televisi,” kata Aditya.

Sutradara muda, Rudi Soedjarwo, memberi komentar. “Buku ini bisa menjadi panduan bagi yang ingin terjun di industri perfilman dan pertelevisian. “Pembahasannya lengkap. Penulisnya cukup kredibel. Dia berdiri di beberapa sisi profesi; aktor dan wartawan. Perspektifnya sangat kaya untuk diikuti,” ujarnya.

Kendati sudah cukup banyak membintangi sinetron dan film layar lebar, Eddie Karsito tak mau disebut artis. Lebih suka disebut wartawan, profesi yang digelutinya sejak 1980-an, Eddie mengakui keinginannya menulis buku tentang akting dan dunia hiburan karena dorongan hatinya untuk mengamalkan ilmu yang selama ini ia peroleh. "Saya risih kalau disebut bintang. Dalam hati, saya enggak pernah merasa diri saya ini artis," kata bintang film MAAF, SAYA MENGHAMILI ISTRI ANDA ini kepada Kapanlagi.com, usai peluncuran bukunya.

Eddie juga mengatakan, keinginan membuat buku panduan menjadi seorang bintang itu muncul dari pengalamannya mengikuti berbagai workshop mengenai dunia entertainment, di mana ia merasa para peserta, terutama para calon artis hanya mendapatkan wejangan biasa sehingga banyak yang bersikap gamang dan kurang menguasainya. "Di dalam workshop biasanya cuma omong doang. Saya berpikir, kenapa para peserta tidak diberikan sesuatu yang bisa dibawa pulang, yang nyata. Dan, karena itulah saya membuat buku ini," katanya.

Menjadi seorang bintang dan mendapatkan penghargaan adalah hal yang paling didamba. Namun, bagi peraih penghargaan Pemeran Pembantu Pria Terpuji Festival Film Bandung 2008 ini penghargaan bukan target utama dalam hidupnya. Asalkan pekerjaan yang dia lakukan bisa maksimal dan dapat memberikan manfaat bagi semua orang, itu sudah cukup. "Saya nggak pernah pengen mau dipuji."

Selain film MAAF, SAYA MENGHAMILI ISTRI ANDA, Eddie yang lahir di Kisaran, 24 November 1961 juga membintangi film MENGEJAR MAS-MAS, sinetron UJANG PANTRY, yang membuat dirinya meraih nominasi Pemeran Pembantu Terpilih di ajang Festival Film Jakarta 2007. "Tapi sungguh, saya ini enggak merasa artis. Saya ini wartawan atau bahkan orang biasa," kata reporter koran Galamedia Bandung ini. (RED)


Selasa, Desember 02, 2008

Eddie Karsito: Saya Bukan Artis


Jakarta, Suara Indonesia News - Kendati sudah cukup banyak membintangi sinetron dan film layar lebar, Eddie Karsito tak mau disebut artis. Lebih suka disebut wartawan, profesi yang digelutinya sejak 1980-an, Eddie mengakui keinginannya menulis buku tentang akting dan dunia hiburan karena dorongan hatinya untuk mengamalkan ilmu yang selama ini ia peroleh.

"Saya risih kalau disebut bintang. Dalam hati, saya nggak pernah merasa diri saya ini artis," kata bintang film MAAF, SAYA MENGHAMILI ISTRI ANDA itu usai peluncuran bukunya yang berjudul MENJADI BINTANG: KIAT SUKSES JADI ARTIS PANGGUNG, FILM, DAN TELEVISI, di Jakarta, Senin (1/12).

Eddie juga mengatakan, keinginan membuat buku panduan menjadi seorang bintang itu muncul dari pengalamannya mengikuti berbagai workshop mengenai dunia entertainment, di mana ia merasa para peserta, terutama para calon artis hanya mendapatkan wejangan biasa sehingga banyak yang bersikap gamang dan kurang menguasainya.

"Di dalam workshop biasanya cuma omong doang. Saya berpikir, kenapa para peserta tidak diberikan sesuatu yang bisa dibawa pulang, yang nyata. Dan, karena itulah saya membuat buku ini," katanya.


Menjadi seorang bintang dan mendapatkan penghargaan adalah hal yang paling didamba. Namun, bagi peraih penghargaan Pemeran Pembantu Pria Terpuji Festival Film Bandung 2008 ini penghargaan bukan target utama dalam hidupnya.

Asalkan pekerjaan yang dia lakukan bisa maksimal dan dapat memberikan manfaat bagi semua orang, itu sudah cukup. "Saya nggak pernah pengen mau dipuji."

Selain film MAAF, SAYA MENGHAMILI ISTRI ANDA, Eddie yang lahir di Medan, 24 November 1961 juga membintangi film MENGEJAR MAS-MAS, sinetron UJANG PANTRY, yang membuat dirinya meraih nominasi Pemeran Pembantu Terpilih di ajang Festival Film Jakarta 2007.

"Tapi sungguh, saya ini enggak merasa artis. Saya ini wartawan atau bahkan orang biasa," kata reporter koran Gala Media ini.


Roy Suryo Segera Laporkan Ahmad Dhani ke Polisi


Jakarta, Suara Indonesia News - Berbeda dengan Menpora, Adhyaksa Dault yang memberi maaf kepada musisi Ahmad Dhani, atas tindakan pelecehan terhadap simbol negara, pakar Telematika Roy Suryo justru akan menempuh jalur hukum.

Roy Suryo yang merupakan narasumber dalam rancangan undang-undang Bendera, Bahasa, Lambang Negara dan Lagu Kebangsaan (RUU BBLNLK) mengingatkan agar Dhani tidak main-main atas tindakannya ini.

Tindakan Dhani ini menurut Roy sudah masuk kategori penodaan terhadap lambang negara dan ada ancaman hukuman pidananya. Fungsionaris Partai Demokrat itu juga menyatakan kalau tindakan Dhani itu melukai perasaan rakyat Indonesia terutama para pahlawan yang telah mempertahankan Merah Putih dengan darah dan air mata.

"Tindakan Dhani jelas penodaan terhadap lambang negara dan karena itu pada hari Jumat nanti saya akan laporkan Dhani ke Mabes Polri karena telah melanggar PP 40/Tahun 1958. Ancaman pidananya memang cuma tiga bulan kurungan tapi ini penting saya laporkan agar menjadi pembelajaran bagi yang lain," terang pembuat situs Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono tersebut.
Dalam video klip lagu Dewa 19 yang terbaru, berjudul Perempuan Paling Cantik di Negeriku Indonesia terdapat bendera Merah Putih dengan tulisan dan simbol Dewa 19.

Hal itu lah yang dianggap beberapa pihak termasuk Roy Suryo adalah sebuah bentuk penodaan terhadap lambang negara, karena menurut PP 40/58 bendera Merah Putih tidak boleh ditambah oleh tulisan atau simbol tertentu.