Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan

Sabtu, Juni 19, 2010

Pejuang Nasional Terlupakan: Panglima Kolonel. Jacob Frederik Warouw (Bung Joob)


Kesaksian Peristiwa 10 November Di Surabaya
Melanjutkan kisah perjuangan Bung Joob yang banyak kalangan Masyarakat belum mengetahui sepak terjang perjuangan Bung Joop terutama dari kalangan anak-anak pelajar SD, SMA bahkan sampai Mahasiswa, sungguh ironis bahwa sejarah akan terlupakan.
dari penelusuran wartawan Swara Rakyat yang melakukan Investigasi di Sulawesi Utara dan menemui narasumber yang dapat di pastikan mereka adalah saksi hidup yang mengetahui bagaimana Bung Joop memperjuangkan NKRI. Saat ditemui di kediaman Ronald Warouw (Ronny), banyak sekali menceritakan bagaimana sang Ayah memperjuangkan dan mempertahankan NKRI dari belenggu penjajahan, Bung Joop menurut keterangan dari Prof. Dr. Winsy Warouw, DSKK “ Bung Joop adalah pejuang sejati yang mempertahankan NKRI dan Bung Joop pada saat menjadi pimpinan pasukan pemukul di Surabaya memang betul berjuang dan Bung Joop menghancurkan pasukan yg di pimpin Brigjen Mallaby, banyak saksi dan melihat bahwa yang menembak Brigjen Mallaby pada saat naik mobil sedan di sekitar Jembatan Merah, Bung Joop menembak dari atas gedung dan mengenai sasaran sampai mobil yang di naiki Brigjen Mallaby terbakar, ajudan Mallaby yang berpangkat Kapten lari ke pelabuhan perak” ungkap serius Prof. Winsy
Dalam perbincangan kami antara Pak Ronny dan Prof. Dr. Winsy mereka mengeluarkan bukti surat yang di tanda tangani oleh Letkol. Laut J.H Tamboto pada tanggal 4 Nopember 1974 yang di tujukan kepada Brigjen TNI Nugroho, Team Pusat Sejarah ABRI.
Surat tersebut berbunyi: Kepada yang terhormat Bapak Brigjen. TNI Nugroho, Team Pusat Sejarah ABRI SURABAYA, Perhatian: Yth: Bapak Askandar, Kolonel TNI Laut, Anggota Team.
Dengan hormat,
Bersama ini kami sampaikan beberapa data yang kami susun bertalian dengan pertempuran di Surabaya yang terbagi dalam babakan pertama: Arek-arek Suroboyo sejak Proklamasi hingga pendaratan tentara sekutu dan babakan kedua: susudah pendaratan sekutu hingga Surabaya di kosongkan, sekiranya laporan tersebut yang di dasarkan pada pengalaman kami sebagai Ketua Pasukan Pemuda Republik Indonesia Sulawesi (PERISAI) sebagian dapat dipergunakan dalam rangka pengumpulan data-data sekitar pertempuran Surabaya.
Hormat kami, Letkol TNI Laut, Pwn, J.H Tamboto
Dengan munculnya surat tersebut yang di tujukan kepada Brigjen TNI Nugroho sebagai Team Pusat Sejarah ABRI seharusnya perjuangan (PRISAI) yang mempertahankan Bumi Pertiwi NKRI pada pertempuran di Surabaya, bagaiamana Bung Joop saat itu dengan gagah berani bertempur dan dapat menghancurkan iring-iringan Brigjen. Mallaby, yang seharusnya Bung Joop dapat penghormatan minimal anak cucu kita tau ada sosok pejuang yang gagah berani dan dibanggakan terutama di Sulawesi Utara supaya pejuang-pejuang kita tidak terlupakan, ingat bahwa Bangsa Yang Besar Tidak melupakan para pejuangnya, tapi buktinya semuanya tidak di tanggapi ujar Prof. Dr. Winsy Warouw, DSKK.
Menurut data yang ada bahwa perjuangan di Surabaya yang di sebut Peristiwa 10 November adalah dari Organisasi Pemuda Republik Indonesia Sulawesi (PERISAI) dengan struktur:
Bagian Pasukan : bermarkas di Gedung KJCPL (Sinar Harapan)
Pemimpin : J.H. Tamboto
Wakil : Joop Warouw
Staf Umum : Boce Waworuntu
Kepala Pasukan I : Bung Joop Warouw
Kepala Pasukan II : Bung Kembi Worang
Kepala Pasukan III : Bung Juus Somba
Kepala Pasukan IV : Bung Joseph Tewatu
Ke[ala Pasukan V : Bung Juus Wuisan
Kepala Pasukan VI : Bung Watung
Kepala Pasukan VII : Bung Alex Siwi
Kepala Pasukan VIII : Bung Utu Lalu

Sosok Pejuang Nasional Terlupakan, Panglima Kolonel Jacob Frederik Warouw (Bung Joop)


Nama Panglima Kolonel Jacob Frederik Warouw yang di kenal dengan nama panggilan Bung Joop pada masa perjuangan adalah Panglima yang berani mengambil kebijakan untuk kepentingan rakyat dan dimasa itu Bung joop adalah Panglima yang pertama diajak untuk mengawal Presiden Soekarno keliling dunia, Bung Joop banyak terlibat peperangan langsung di medan pertempuran demi mempertahankan ibu pertiwi yaitu NKRI diantara lain pertempuran peristiwa APRA (Angkatan Perang ratu adil) bersama Kapten Leo Lopolisa dan Letnan Minggus (anak buah Bung Joop) dan kenal baik Letkol. Lemboung (alm).
Bung Joop juga menjadi pasukan istimewa dan terlibat langsung pertempuran 10 November di Surabaya dan penembak Brigjen Mallaby adalah pasukan istimewa disaat itu Bung Joop sebagai wakil komandan dan komandan istimewa adalah komandan Tamboto setelah mundur menjadi komandan istimewa Bung Joop naik sebagai Komandan Istimewa, penyerbuan markas KEMPETAI Jepang di Surabaya dan menjadi komandan Brigade XVI memimpin langsung pertempuran di kawasan Gunung Kawi dan Gunung Arjuna Jawa timur sempat bermarkas di Blitar setelah itu Detasemen Brigade XVI dikirim ke Yogja peristiwa 6 jam saat itu di pimpin oleh Komandan H.N Sumual.
Bung Joop diangkat menjadi Panglima Tentara Teritorium VII di wilayah timur menggantikan Kolonel Gatot Subroto, jabatan terakhir Bung Joop adalah sebagai Militer Atase di Beijing Cina dan Bung Joop tercatat dalam keluarga besar BRAWIJAYA.
Menurut Ronald Warouw yang akrab di panggil Bung Roni (anak pertama Bung Joop) bahwa di jaman itu Bung Roni melihat persis apa yang di lakukan ayahnya selain mendengarkan temen-teman ayahnya yang di sampaikan ke Bung Roni “babe saya adalah pejuang murni krn saya masih ingat bagaimana babe saya memperjuangkan bumi pertiwi yang kami cintai ini demi masyarakat Indonesia, begitu banyak kenangan bersama babe di saat itu, saya berharap perjuangan babe dapat diingat selalu oleh generasi-genersasi penerus terutama di sulawesi utara karena banyak pejuang sulawesi utara yang hilang sejarahnya begitu saja sehingga generasi penerus tidak tau siapa pejuang Sulawesi utara yang sebenarnya, sudah waktunya sejarah harus di luruskan sehingga anak cucu kita tidak buta akan sejarah pejuang-pejuang sejati” ungkap Roni. (Reksi)

Minggu, Juli 27, 2008

Tingkatkan Profesional Guru, PGRI Jember Adakan Seminar Internasional, “Guru Profesional Belum Jaminan bagi Siswa”




Jember, Suara Indonesia News - Peningkatan mutu dan layanan sistem pendidikan dewasa ini tidak bisa ditawar lagi, sehingga sangat diperlukan profesionalisme guru sebagai solusi untuk memenuhi tuntutan tersebut. Hal itu disampaikan Asisten Ekonomi Pembangunan Setda Jember, Drs. Edi B Susilo, Msi, saat mewakili Bupati Jember MZA Djalal membuka Seminar Internasional bertajuk profesionalisme guru., Sabtu (26/7) kemarin lusa di Hall Convention, New Sari Utama Restaurant, Jalan Hayam Wuruk 173-175, Mangli Jember.
Lebih lanjut masih menurut Edi, untuk peningkatan profesionalisme guru tidak semudah orang membalikkan tangan. “Wajib Belajar yang telah diprogramkan pemerintah sangat mendukung keberhasilan sistem pendidikan, “jelasnya.
Bahkan seorang guru yang telah lulus mengikuti sertifikasi guru dapat dikategorikan seorang guru yang profesional, meskipun demikian keprofesionalan seorang guru di tingkat nasional belum dapat menjamin memberikan pengetahuan bagi anak didiknya mampu berkompetisi di era globalisasi.
Tak hanya itu lanjut Edi bahwa fasilitas penunjang pendidikan juga menjadi salah satu faktor dalam peningkatan kualitas pendidikan, tetapi hal ini bukan suatu kendala yang menjadikan kualitas pendidikan itu stagnan atau menurun. ”Tidak dapat dipungkiri bahwa fasilitas pendidikan antara daerah perkotaan dan pendesaan, terutama daerah pedalaman sangat berbeda, terutama kelengkapan bahan ajar, tetapi hal ini dapat disiasati oleh guru itu sendiri, dan tentunya pemerintah sangat peka terhadap hal ini” tegasnya.
Lebih lanjut, kata Edi sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan profesional guru, khususnya guru-guru di Kabupaten Jember, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jember sangat mendukung upaya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Jember untuk mengadakan seminar tentang pendidikan.
Masih menurut Edi bahwa diadakannya seminar ini memang merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan profesional guru, terutama dalam meningkatkan kualitas pendidikan. ”Seminar ini juga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas guru yang berhubungan dengan kualitas pendidikan dan layanan pendidikan, apalagi adanya peningkatan nilai kelulusan setiap tahunnya, maka kualitas guru juga harus mengalami peningkatan,” katanya.
Sementara itu Ketua PGRI Jember, I Wayan Wisesa mengungkapkan peningkatan profesional guru tersebut hendak dibahas pada acara seminar sehari kali ini. “Untuk peningkatan mutu pendidikan harus dimulai dari guru, banyak orang menilai mutu pendidikan di Indonesia sudah baik. Kalau dikompetisikan dengan mutu pendidikan di luar negeri, mungkin belum apa-apa, jadi kita masih sangat diperlukan peningkatan profesional seorang guru,” kata Wayan.
Seminar sehari ini kata Wayan Wisesa terbuka untuk para guru Se-Kabupaten Jember dengan menghadirkan narasumber diantaranya Dr. Sulistyo membawakan materi berjudul Improving Teacher Quality to Fulfill the Global Demand, Dr. Eng. Imam Robandi yang aktif sebagai pekerja sosial sebagai Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah pimpinan wilayah Muhammadiyah Jawa Timur periode tahun 2005 s/d 2010 yang membawakan materi berjudul Developing Education that Links to Global Need, Mien UNO dengan materinya Etika dalam mendidik dan Yamamoto, Ph.D dengan materi Global Education Constellation.
Peserta seminar diperkirakan jumlahnya mencapai sekitar seribu orang. ”Untuk seminar panitia mengenakan biaya administrasi sebesar 100 ribu rupiah yang nantinya akan mendapatkan sertifikat, makalah, konsumsi, dan lain-lain, dan tentunya peserta juga harus menyerahkan pas foto ukuran 3 x 4 berwarna sebanyak 1 lembar” katanya.
Menurutnya salah satu peningkatan profesional guru melalui program sertifikasi profesi guru yang sedang dilaksanakan saat ini dengan tujuan untuk peningkatan profesional guru melalui program sertifikasi profesi. “Melalui kegiatan tersebut diharapkan dapat memberikan wawasan dan menambah pengetahuan bagi para guru, “ungkapnya.(RED)

Senin, Juli 21, 2008

Edukasi Seks Jadi Ekstrakurikuler SMA




Jakarta, Suara Indonesia News - PENTINGNYA edukasi atau pendidikan tentang seksualitas khususnya bagi kalangan remaja memang tak terbantahkan lagi. Derasnya arus informasi telah menyebabkan orang tua sulit lagi menahan atau membatasi anak-anaknya dari akses informasi termasuk perihal seksualitas.

Oleh karena itulah, edukasi soal seks kini telah mulai diupayakan untuk menjadi bagian dari pendidikan sekolah, meskipun belum bisa menjadi bagian kurikulum. Berkat inisiatif serta dorongan sejumlah lembaga nirlaba, sekitar 20 Sekolah Menengah Atas (SMA) di lima wilayah Jakarta telah menjadikan edukasi seks sebagai kegiatan ekstrakurikuler yang digelar secara rutin setiap pekannya.

Seperti diugkapkan Direktur Mitra INTI Foundation, Laily Hanifah M.Kes, pihaknya bersama dengan beberapa lembaga non profit lainnya telah berhasil melobi serta mendesak beberapa sekolah menggelar pendidikan seks sebagai kegiatan ekstrakurikuler.

"Ada empat sekolah di tiap wilayah di Jakarta yang telah berinisiatif menjadikan pendidikan seks sebagai bagian ekstrakurikuler. Di antara mereka ada yang sudah mulai, sebagian lain masih dalam persiapan untuk mulai," papar Laily di sela-sela talkshow "Seksualitas di Indonesia : Tabu atau Perlu?" dan acara peluncuran Buku Kesproholic di Jakarta, Kamis (10/7). .

Untuk saat ini, lanjutnya, pendidikan seks sebagai memang belum memungkinkan untuk menjadi bagian kurikulum sekolah menengah mengingat padatnya jadwal serta beban pelajaran. Laily juga menyesalkan pihak pemerintah yang seperti menutup mata terhadap pentingnya pendidikan seks menjadi bagian dari pelajaran di sekolah-sekolah.

"Padahal edukasi seks jelaslah sangat penting mulai SD hingga perguruan tinggi Kenapa pemerintah seperti tidak bertindak apapun. Seharusnya pemerintah yang punya power lebih gencar dalam hal ini. Oleh karena itulah, menjadikannya sebagai kegiatan ekstrakurikuler merupakan langkah awal. Yang penting, ada komitmen dari pihak sekolah dan pendidikan seks di sekolah. Yang memberi materi juga sebaiknya guru sekolah masing-masing supaya berkesinambungan," tambahnya

Bila pilot project ini berhasil, lanjut Laily, diharapkan pemerintah akan semakin terbuka mata. Dengan begitu, pendidikan seks diharapkan akan menjadi mata pelajaran di seluruh sekolah di masa mendatang.

Menkominfo: Perlu Peran Aktif Masyarakat Atasi Situs Porno



PAMEKASAN, Suara Indonesia News - Menteri Komunikasi dan Informatika Mohammad Nuh menyatakan, peran masyarakat sangat dibutuhkan guna menyukseskan upaya pemerintah untuk memblokir situs porno.

"Sudah sekitar ratusan ribu situs porno yang kita blokir selama ini. Tapi, munculnya situs baru yang juga berisi gambar porno tidak kalah banyak," kata Mohammad Nuh di Pamekasan, Madura, Jawa Timur, Sabtu.

Akibatnya, meski sudah banyak situs yang diblokir, situs porno baru juga tidak sedikit. Hal itu, ujarnya, tentu membuat pekerjaan Menkominfo lebih berat. Sebab, harus "berperang" dengan para pembuat situs. Selain itu, yang juga sering menjadi kendala ialah nama.

"Banyak situs yang bernama baik, tapi isinya justru porno. Ini yang sering kali luput dari perhatian teman-teman," kata Mohammad Nuh.

Menurutnya, yang diperlukan ke depan adalah peran aktif anggota masyarakat. Ia sangat berharap peran aktif masyarakat untuk melaporkan jika ada situs-situs porno baru dan luput dari pemblokiran.

Mohammad Nuh yang juga mantan rektor ITS itu lebih lanjut menjelaskan, kebijakan memblokir situs-situs porno di internet tersebut karena selama ini situs porno merupakan sumber penyebaran gambar dan vcd porno di pasaran.

"Setelah kita selidiki, hampir semua gambar dan video porno yang beredar di pasaran men-download dari internet," katanya.

Minggu, Juli 06, 2008

Guru Bantu Jember Tidak Lagi Terkoyak Nasibnya




Jember, Suara Indonesia News - Tenaga pendidik atau yang sering kita sebut guru sangatlah besar jasanya untuk memintarkan anak didiknya. Namun dari sebutan itu berlaku juga bagi guru bantu yang sedikit terlupakan akan nasibnya.
Namun di Jember tidak demikian dengan nasib bagi guru Bantu, nasibnya mulai tahun 2005 berangsur-angsur terentaskan nasibnya menjadi CPNS. Apa komentar salah satu guru saat ditemui ketika melihat pengumuman dan berkonsultasi dengan staf BKD (Badan Kepegawaian Daerah) Jember.
Dialami oleh Sugito meski keseharian sebagai guru bantu di SD pelosok yang jauh dari tempat tinggalnya dan harus menempuh jarak cukup jauh sejauh 40 km (PP). “Saya akui dengan pemberkasan yang dialami sekarang merasa sangat bersyukur sekali, Allhamdulilah sudah ada kepastian,”ungkap Sugito saat menerima kepastian oleh staf BKD Jember kemarin.
Sebagai Ketua Forum Guru Bantu di Jember merasakan kesamaan dialami oleh guru yang terdahulu diangkat sebelumnya sebagai CPNS di lingkungan Pemerintah Kabupaten Jember. “Kami yakin ini semua itu tidak lepas dari perhatian Bupati Jember yang memiliki kebijakan itu,”tambahnya.
Menengok pengalaman lalu dialami dia sebagai guru bantu, paling menyedikan justru terjadi predikat julukan guru pelengkap mendidik. “Meski digaji kecil dari lembaga pendidikan pusat hanya tujuh ratusan kami terus mengabdi sesuai tugasnya meski jauh terus dikerjakan setiap hari,”kisahnya.
Selama menjadi guru bantu yang dia tekuni sejak tahun 1989 dan hampir 19 tahun mengabdi di SD Banjarsari di daerah perkebunan kabar baik didapat dari BKD. “Itu untuk tombo ati mas, selain bekerja puluhan tahun tetapi kami juga terlepas dari status social sebagai guru Bantu,”pungkasnya.
Melihat kondisi itu setelah upaya kominikasi yang intens dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Jember lewat Badan Kepegawaian Daerah rutin ke pusat untuk menggolkan ratusan guru Bantu di Jember. “Hasilnya ratusan guru bantu yang sebagian berada di pelosok desa terpencil dapat berhasil menjadi tenaga guru yang berstatus PNS,”jelasnya.
Seringnya komunikasi yang dilakukan oleh BKD entah sharing kepada anggota dewan Jember maupun dengan pihak BKN pusat. Agar orang pusat tahu kondisinya guru di Jember. “Sesuai data base yang masih berpendidikan SMA namun banyak juga yang telah kuliah lagi dan lulus dan itu sifatnya wajib,”tandasnya.
Sehingga dengan perubahan peraturan pemerintah nomor 4 tahun 2005 ke PP Nomor 43/2007 dengan pengangkatan tenaga honorer. “Jember boleh dibilang tercepat memberikan data itu kepada pusat sehingga banyak guru yang ikut terangkat sebagai PNS dan semua itu tidak lepas dari komunikasi yang telah dilakukan pihaknya,”paparnya.
Bahkan terjadi mulai tahun 2005 sesuai peraturan yang berlaku saat itu yang sangat ketat (PP No. 5/2005) sesuai aturan itu banyak guru bantu yang tidak dapat lolos dari verifikasi saat itu. “Selain perintah dari Bupati Jember juga pihak kami tidak jemu-jemu terus melakukan pendekatan dan komunikasi dengan pusat agar mreka tahu kondisi yang terjadi didaerah sehingga terjadi perubahan itu,”paparnya.
Sedangkan pihaknya terus menyuarakan banyak guru bantu di Jember yang tidak hanya 1-2 tahun mengabdi sebagai pendidik bahkan puluhan tahun. “Itu penghargaan bagi mereka yang telah lama mengabdi sebagai guru bantu dan misi itu yang kami bawa ke pusat, Allhamdulilah kami bisa,”cetusnya.
Guru bantu di Jember sesuai jumlah meski hanya 10 persen dari jumlah guru di Jember. “Namun keberadaan mereka bagi pendidikan di Jember memiliki peran dapat mewarnai pendidikan anak kita di Jember, dari jumlah ratusan guru bantu ternyata didominasi oleh guru Bantu yang mengajar di pelosok,”tambahnya. (RED)

Minggu, Juni 29, 2008

Kata Perpisahan Lewat Out Bond Di Lapangan Secaba




Jember, Suara Indonesia News - Sedang manjamur dan menggejala dimana-mana setiap lulusan di beberapa lembaga sekolah Taman Kanak-kanak berwisata di tempat wisata yang jauh dari lokasi belajar. Tidak seperti yang dilakukan oleh TK Kartika IV Scaba-8 Jember melakukan perpisahannya dengan melakukan out bond di lokasi latihan scaba Jember.
Meski tidak layak dilakukan oleh beberapa TK pada umumnya saat melakukan perpisahan di kawasan wisata yang tidak jauh dari tempat melakukan aktifitas belajar. Namun bagi TK milik Scaba Jember ini keselamatan jiwa anak dan para otang tua jauh lebih penting.
“Kita punya potensi itu yakni tempat Scaba yang keseharian digunakan melatihan dan belajar dari siswa anggota TNI, juga bisa digunakan menjadi arena out bond saat perpisahan anak-anak TK kelas B,”ungkap Uke Hariyanto Ketua Yayasan TK Kartika IV Scaba Jember ditemui di lokasi kemarin.
Berangkat dari informasi dari media cetak baik elektronik maupun cetak di Batu bebepara waktu lalu terjadi kecelakaan terbakarnya bus yang daitumpangi rombnongan dari TK di Batu. “Niat awal ingin perpisahan dilakukan di Pasir Putih Situbondo, namun atas saran dan masukan dari pembina TK Kartika IV mengurungkan niatnya apalagi kejadian TK di Batu kemarin terjadi kecelakaan dan makan korban,”pungkas Uke.
Apalagi pengalaman dari para pelatih jasmani dan rohani tidak diragukan lagi dalam setiap harinya saat melatih baik anggota TNI maupun kegiatan Muspida saat melakukan kegiatan olah raga jalan sehat berikut halang rintang.
“Pelatih scaba disini terlatih sekali membuat sarana out bond seperti peluncuran, jembatan tali ayunan, tali tiga, jembatan goyang, merayab dijaring laba-laba dan merayab di bawah rintangan,”terangnya.
Selain permainannya sengaja dibuat menantang bagi anak TK namun intruktur scaba membuat permaianan out bond itu disesuaikan dengan umurnya. “Permainan berbeda sekali ketika pelatih jamin scaba saat membuat out bond yang dilakukan Muspida Jember di beberapa tempat,”terang Uke.
Kedua, dengan perpisahan dengan yang dlikakukan di lokasi yang tidak jauh dari lokasi belajar selain murah dan diharapkan dapat mengenal lebih dekat terkait dengan kegiatan keseharian TNI. “Dengan out bond secara dini anak-anak dikenalkan saat TNI berlatih setiap hari dengan berbagai alat untuk melatih kesiapan saat bertugas,”jelasnya.
Diharapkan dengan perpisahan yang dilakukan ini dengan out bond ini akan-anak akan selalu teringat saat selesai melakukan pendidikan di TK disni. “Meski hal ini dilakukan pertama kalinya namun kami berharap para pendidik disini kegiatan out bond bisa dijadikan agenda tahunan yang terus digelar,”paparnya.
Senada dengan apa yang diungkap Ketua Yayasan TK Kartika IV Scaba. Kepala Sekolah TK mengungkapkan bahwa out bond yang dilakukan anak didinya tidak lain untuk menlatih kognetif, afektif dan psykomotorik anak. “Melatih anak untuk meningkatkan daya pikir anak, melakukan kerja sama, dan melatih anak agar tumbuh berani,”cetus Yuni Herawati.
Alhasil bagi anak setelah mengikuti 60 siswa out bond yang digelar sejak 8 pagi sampai pukul 11 siang dirasakan mafaatnya bagi siswa. Hal itu terungkap ketika Elsa yang melintasi halang rintang yang terakhir yakni peluncuran yang seting meluncur dari.atas pohon. Ketika ditanya takut ngak ?. “Ngak Takut,”singkatnya.
Sementara itu orang tua peserta mengungkapkan model perpisahan seperti ini pihaknya sangat setuju dilakukan bagi anaknya. “Karena selain anak bisa berani juga anak saya agar tidak cengeng,”paparnya. (RED)

“Optimis Plus” Bisa Raih Berstandart Internasional, Staf Dirjen TK-SD Diknas Pusat Tinjau Lokasi SDN Jember Lor III




Jember, Suara Indonesia News - Dunia pendidikan di Jember lagi berbenah diri demi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Jember seperti yang sedang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Jember yang merencanakan Jember Lor III menjadi Rintisan Sekolah Berstandart Internasional (RSBI) untuk menuju SBI.
Usulan SDN Jember Lor III yang menjadi RSBI kepada pemerintah pusat, selama sehari kemarin staf Dirjen TK-SD melakukan peninjauan dilokasi yang telah mengajukan persyaratan ke Diknas Pusat.
“Setelah melihat kondisi SDN Jember Lor III secara dekat, kami optimis plus bisa meraih predikat sekolah berstandart internasional seperti contohnya syarat minimal luas sekolah sesuai persyaratan yang telah dimiliki oleh sekolah ini,”ungkap Drs Sudharno, MM.
Tapi lebih lanjut Sudharno menyebutkan masih ada persyaratan lain yang menjadi pertimbangan penilaian sekolah bisa menyandang sebagai sekolah berstandart internasional. “Tentunya tidak mudah butuh dukungan seperti dari animo masyarakat sekitar sekolah, jumlah murid, fasilitas yang berhubungan sarana dan prasarananya perangkat, sofwere komputer yang dimiliki SD disini,”terangnya.
Lainnya, menjadi pertimbangan dari tim penilai dari pusat, tidak saja pihak sekolah bisa menunjukkan prestasi yang diperolehnya tapi dukungan dari semua pihak. “Tidak hanya peran serta dan dukungan dari pemerintah daerah tapi peran serta dunia usaha harus bisa ditunjukkan oleh pelaku-pelaku itu,”paparnya.
Sedangkan rombongan dari Dinas Pendidikan dari profensi yang mendampingi tamu dari Jakarta mengungkapkan se Jatim ada 5 lembaga yang sedang proses pengusulan. “Se Jawa Timur, Jember yang diwakili SDN Jember Lor III ini menjadi salah satunya yang diusulkan oleh profensi ke Jakarta,”cetus Maksun sembari tidak mau menyebut kabupaten/kota mana.
Untuk mempersiapkan itu sejak beberapa tahun yang lalu bersama Dinas Pendidikan Profensi dan Kabupaten Jember membina sekolah yang ditunjuk oleh masing-masing kabupaten.
“Dengan memberikan bantuan dana pembangunan dari profensi untuk kepentingan persiapan itu berguna membangun sarana dan prasarana berupa ruang laboraturium, perangkat lunak dan sebagainya,”jelasnya.
Belum lagi pembinaan kualitas kepada guru yang nantinya bermanfaat bagi anak didik. “Seperti yang akan diprogramkan mendatang oleh Dinas Pendidikan Profensi Jatim bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk menyekolahkan beberapa guru sekolah S2,”tandas Msksun.
Sementara itu menurut kepala Bidang TK-SD Dinas Pendidikan yang ikut mendampingi juga tamu dari pusat mengungkapkan kesiapan dari SDN Jember Lor III yang telah dibina beberapa tahun lalu untuk berpredikat Sekolah Berstandart Internasional. “Hanya saja sekolahan ini masih sebatas rintisan SDN yang berstandart internasional,”Ujar Jumari.
Lebih lanjut diungkap oleh Jumari hanya SDN Jember Lor III yang masih kita usulkan ke pusat untuk menjadi sekolah berstandar internasional. “Sehingga sekolah ini masih kita sebut rintisan,”paparnya.
Harapanya sekolah dasar Jember Lor III yang sekarang telah bersandang sebagai sekolah berstandar nasional diharapkan meningkat lebih tinggi. “Untuk segala sesuatunya yang menjadi persyaratan untuk peningkatan standartnya pemerintah lewat Dinas Pendidikan terus melakukan pembinanya,”cetusnya.
Tidak saja pembinaan berupa pembinaan kepada tenaga pendidik dan berikut tenaga adminitrasinya. “Tapi pembinaan berupa sport anggaran kepada sekolah ini juga menjadi atensi dari Dinas Pendidikan Jember, seperti perangkat sofwere dan buku agar nantinya bisa semakin meningkatkan mutu pendidikan disekolahan ini,”tambahnya. (RED)

Meski Drop out Tetap Ingin Belajar




Jember Suara Indonesia News - Kalau sering mendengar ungkapan Long Life Education (Pendidikan Sepanjang Hayat) mulai saat dikandungan sampai keliang lahat ternyata benar adanya. Seperti yang kemarin yang telah dilakukan oleh sebagian masyarakat Jember mengikuti program kejar paket C.
Meski telah uzur termakan usia namun masih menganggap pendidikan itu penting, apalagi saat usia sekolah tidak melanjutkan sekolah karena faktor ekonomi, budaya, geografis dan lainnya.
Seperti yang dialami oleh beberapa peserta ujian paket C di Pakusari. Salah satu peserta yang berusia parobaya bernama Suryono. Bagi warga Mayang Krajan ini meski telah memiliki anak yang telah menuntaskan pendidikan di perguruan tinggi dan bekerja di pemerintahan tidak merasakan malu.
“Selain ijasah yang kami harapkan, dengan ikut kejar paket C juga dapat tambahan ilmu karena selama 3 tahun saya merasakan tambahan ilmu yang diberikan para tutor,”jelasnya.
Diakui oleh pria yang berusia 52 tahun merasa tidak ada kesulitan setelah mengikuti ujian mata pelajaran pertama yakni sosiologi. “Di pelajaran sosiologi yang ujian tadi kami masih bisa memberikan jawaban yang menurut saya banyak benarnya,”papar salah satu kades di Mayang.
Agak sedikit berbeda yang dialami oleh perempuan berwajah cantik dan modis, meski dalam megikuti ujian yang jauh dari tempat tinggalnya di Jalan Subandi Jember harus ke Pakusari. “Tidak mempersoalkan karena saya naik mobil,”cetus Nonik Puspitasri sambil menunjukkan tumpangannya mobil Honda Accord Selo warna krem.
Menurut wanita keturunan china yang bermarga liem pernah mengalami drop out (DO) di salah satu SMU swasta di Jember pada tahun 2007 kemarin karena sering tidak masuk. “Kalau dulu karena sering tidak masuk pulang ke Malang akibatnya kena DO tapi tapi sekarang solusinya ada dengan ikut kejar paket saya saya bisa meneruskan keinginan untuk meneruskan kuliah,”paparnya.
Keyakinan untuk meneruskan kuliah setelah pihaknya mencari informasi dan mengisi formulir di salah satu PTS ternama di Malang. “Minggu kemarin saat mengisi formulit sempat kami menanyakan administrasi lain ke panitia pendaftran di PTS itu disuruh menunggu hasil ujian kejar paket C yang saya ikuti sekarang ini,”jelasnya lagi.
Dituturkan lebih lanjut oleh Nonik yang memiliki tinggi 165 cm dan rambut di cat merah pihaknya mengikuti kejar paket tidak malu. “Selain nantinya ijasahnya saya gunakan kuliah D1 pariwisata juga ijasahnya saya gunakan untuk test di pramugari,”pungkasnya.
Diakui oleh gadis asli kota Malang ini mejelaskan meski pihaknya menggunakan ijasah paket C saat mengikuti test pramugrari namun ada kemampuan lain yang harus ditunjukkan ke pantia. “Saya yakin tidak saja administrasi yang menjadi uatama penilaian tapi kualitas peserta ujian pramugari yang lebih diutamakan,”terangnya.
Dalam mengikuti palajaran maupun ujian kejar paket C pihaknya bisa berdiskusi dengan teman yang lebih berpengalaman. “Seperti teman saya yang lainnya ada juga dari kalangan pemerintahan, ada juga yang bekerja di swata dan sebagainya,”kilahnya.
Sementara itu menurut pananggung jawab teknis pelaksanaan kejar paket di jelaskan oleh Kasi PLS Dispendik Jember jumlah yang mengikuti kejar paket C yakni sejumlah 522 orang. “Ujiannya yang tersebar di 17 kecamatan dalam pelaksanaannya bersamaan dengan peserta kejar paket dari formal,”terang Sudiyono.
Lebih lanjut menurut Sudiyono pendidikan non formal inilah salah satunya wujud pendidikan sepanjang hayat. “Karena banyak peserta yang sudah tuapun bahkan renta masih ikut kejar paket bikan ijasah yang diinginkan tapi tambahan ilmu pengetahuan itu yang lebih diinginkan,”paparnya. (RED)

Rabu, Juni 18, 2008

Akan dibangun Sarana Out Bond Bagi Anak Di Jember



Jember, Suara Indonesia News - Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) pada anak-anak umur 4 sampai 6 tahun menjadi Usia Emas (golden age) menjadi pendidikan pra sekolah ini yang perlu dipersiapkan dengan matang.
Kematangan mental seoarang anak tidak lepas dari bagaimana mempersiapkan baik lembaga pendidikan dan para orang tua secara matang anak agar nantinya bisa bersaing.
Dengan ketrampilan tersendiri yang dipunyai anak diharapkan menjadi seorang pemipin yang handal, dan berani tampil ditengah-tengah masyarakat nantinya. Akan tetapi masih perlu dukungan dari fasilitas terhadap pendidikan untuk pengembangan anak lewat kegiatan out bond selain tenaga pengajar yang mumpuni.
“Kedepan Dinas Pendidikan akan mengembangkan fasilitas tempat untuk bermain bagi anak-anak utamanya untuk pengembangan mental dan fisik anak usia dini 0 sampai 6 tahun,”ungkap Kepala Dinas Pendidikan Jember yang disampaikan oleh Kasi PLS.
Dibangunnya sarana out bond PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) oleh pemerintah, rencananya areal akan ditempatkan di Pakusari Jember yang bertujuan untuk peningkatan kualitas anak. “Dalam membangun kualitas anak pada usia emas mulai usia 0 – 6tahun yang tumbuh pada usia dini,”tandas Drs Sudiyono.
Dengan diletakkan di daerah itu menurut Sudiyono yakni mempertimbangkan diwilayah itu bisa dijangkau oleh anak-anak baik dari wilayah utara, selatan maupun barat. “Karena di Pakusari wilayahnya ditengah-tengah dari Kabupaten Jember,”kilahnya.
Tumbuh kembang dan potensi anak dalam masa pertumbuhan pada usia golden age akan bisa terbentuk dengan permainan yang menantang. “Sarana permainan berupa gedung dengan alat permainan edukatif (APE) hanya saja sarana lain yang mendukung tempat out bond PAUD perlu mendapat dukungan dari semua pihak,”pungkasnya dia.
Recana itu mendapat tanggapan positif dari mantan pengurus IGKTKI Kabupaten Jember periode 1992-1997, pihaknya menyambut baik prakarsa dari pemerintah yang berkeinginan membuat arena out bond PAUD. “Itu sangat bagus sekali karena bisa menjadi perangsang potensi bagi anak kita,”jelas Drs Subasir.
Lebih lanjut menurut Subasir pengembangan itu untuk fisik dan psykis lewat out bond berupa permainan yang disesuaikan dengan usianya. “Tidak hanya itu dapat berkembang bagi anak, bisa bahasa, kognotif dan fisik serta motoriknya juga akan dirangsang,”terangnya.
Namun bagi pemerhati pendidikan usia dini dan keseharian sebagai penulis buku setingkat TK. “Sangat perlu nantinya agar permainan nantinya ditempat itu disesuaikan dengan usia anak dan perlu berkonsultasi dengan pihak pemerhati dan pelaku pendidikan usia dini,”tambahnya.
Karena sepengatahuannya dalam permainan anak usia dini seperti melompat agar disesuaikan melompatnya dengan usianya. “Karena ada batasan tersendiri usia dini berbeda dengan usiaanak TK, lebih sederhana,”tambahnya.
Sedangkan untuk jenisnya menurut penulis buku suplemen usia dini banyak macamnya yang bisa ditempatkan dilokasi out bond. “Permainan bisa berupa memasukkan bendera dalam botol, pesan berantai, panjatan dengan menggunakan tali dansebagainya,”jelasnya lagi.
Hanya saja lanjut dia permainan pada usia dini diingatkan agar tidak terlalu berat. “Meski antara usia anak dalam katagori usia dini dengan TK tidak terpaut terlalu jauh maka perlu dibedakan dan tidak memberatkan,”harapnya. (RED)

Selasa, Juni 17, 2008

Kadiknas Jember Achmad Sidiyono menjelaskan usulan insentif bagi guru SMP dan Kepala Sekolah, Guru Terpencil Disulkan Insentif Naik




Jember, suara indonesia News - Lagi-lagi dunia pendidikan mendapat perhatian dari Pemerintah Kabupaten Jember, tidak saja memperhatikan guru yang ada di kota. Namun bagi guru sekolah dasar yang mengabdikan diri di daerah terpencil mendapat perhatian juga.
Kalau beberapa tahun kemarin masih hanya pada sekolah dasar yang diberikan insetif bagi guru yang mengajar dan mengabdikan diri di pelosok. Pada masa mendatang muncul pemikiran insentif bagi guru dan berikut kepala sekolah untuk diberi insentif.
“Guru terpencil tidak saja pada sekolah dasar tetapi pada guru SMP dan kepala sekolahnya juga kita coba untuk diusulkan mendapatkan insentif juga,”ungkap Kepala Dinas Pendidikan Jember, Achmad Sudiyono sesaat melantik Kepala Sekolah di Aula Dispendik beberapa hari yang lalu.
Menurut Kadis Pendidikan yang banyak ide dan inovasinya menuturkan bahwa diakui datangnya dasar pemikiran itu sebenarnya datang dari Bupati Jember MZA Djalal beberapa waktu yang lalu. “Bupati Jember menginginkan seperti itu, para guru yang telah mengabdi didaerah terpecil agar dipikirkan untuk diberi insentif,”jelasnya sembari mencontohkan guru SD yang mau mengajar di pelosok.
Kesederhanaan pemikiran itu tertangkap oleh Bupati Jember jika anak-anak kita yang ada di desa terpencil mendapat pengetahuan yang cukup dari ibu dan bapak guru maka nantinya anak-anak kita insyallah akan maju,”tandas Achmad Sudiyono.
Pehartian kepada guru di Jember tidak hanya sekedar pada mendukung tambahan pengetahuan personil guru lewat banyaknya seminar yang diikutinya. Tapi perhatian pemerintah kepada guru dengan menambah jumlah guru. “Telah dipikirkan untuk menambah jumlah guru pada tahun mendatang,”jelas Kadiknas.
Pemberian insentif kepada guru tidak hanya bentuk perhatian pemerintah yang diberikan kepada pendidik. “Apalagi mereka mau mengabdi dan mendidik didaerah pelosok lewat penghargaan yang diberikan bagi orang-orang yang tulus selama pengabdiannya untuk mencerdakan anak desa terpencil,”papar Achmad Sudiyono.
Di Kabupaten Jember dengan struktur geografisnya yang dikelilingi oleh pegunungan seperti di beberapa wilayah kecamatan Jember Utara menurut Achmad Sidiyono banya yang membutuhkan perhatian, ketulusan dan sentuhan dari guru kita.
“Banyak wilayah kita yang membutuhkan ketulusan dari guru-guru kita yang mau mengajar disana seperti Bandialit-Tempurejo, Sucopangepok-Jelbuk, Gunungmalang-Sumeberjambe dan sebagainya dan saya yakin banyak guru kita mau mengajar didaerah itu,”tandasnya.
Lebih lanjut menurut Kadiknas Jember perhatian pemerintah lewat insentif guru tidak salah karena jarak yang ditempuh jauh dan tenaga yang cukup melelahkan. “Transportasi dan tenaganya yang luar biasa dan itu cukup melelahkan. Apalagi resiko jika sewaktu-waktu ban atau bensinnya habis ditengah jalan, itu yang sedang kita perhatikan,”pungkasnya.
Diakui guru di Jember tidaklah sedikit dengan kesadaran sendiri yang telah mengabdi didaerah terpecil. Dari data yang ada sekitar 300 guru SD dan 75 guru SMP yang mengajar di daerah terpencil. “Mudah-mudahan ini niatan baik dari pemerintah mendapat dukungan anggota dewan,”tandas Achmad Sudiyono. (RED)

Rabu, Juni 11, 2008

SMA 5 Jember peroleh penghargaan Adiwiyata, “Dikembangkan Sekolah Berwawasan Lingkungan”






Jember, Suara Indonesia News - Dengan memperoleh keberhasilan meraih penghargaan sebagai Calon Sekolah Adiwiyata Tingkat Nasional, tidak hanya dapat dirasakan sebagai suatu kebanggaan, namun hal ini sekaligus sebagai bentuk tantangan bagi seluruh siswa dan dewan guru untuk tetap mempertahankan sekolahnya sebagai sekolah terbersih. Harapan tersebut disampaikan Kepala SMA 5 Jember, Dra. Husnawiyah, hari Senin (9/6) saat setelah menerima penghargaan tersebut di kantornya.
Dikatakan keberhasilan ini tidak terlepas dari peranserta seluruh Keluarga besar SMA 5 Jember, karena berkat kegigihannya mengelola lingkungan sekolahnya dalam menciptakan kondisi yang ideal bagi sekolah sebagai tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah (guru dan siswa), sehingga sekolah tersebut dapat bertanggung jawab dalam upaya penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan yang berkelanjutan. Bukti kebanggaan itu, Jum’at (6/6) kemarin bertempat di Hall B JCC Senayan Jakarta Pusat Kepala SMA 5 Jember, Dra. Husnawiyah menerima penghargaan dari pemerintah pusat sebagai Calon Sekolah Adiwiyata Tingkat Nasional.
Masih menurut Dra. Husnawiyah Tropi Adiwiyata bukanlah tujuan akhir dari Program Adiwiyata, melainkan yang lebih penting adalah keberlanjutan Program Adiwiyata yang berlangsung di sekolah yang bersangkutan, sehingga lebih mengoptimalkan peran dunia pendidikan dalam pelestarian lingkungan hidup, “katanya.
Lebih lanjut Husnawiyah berharap agar predikat yang disandangnya akan mampu menjadi roda penggerak semua elemen untuk turut menjadi pembina bagi sekolah-sekolah yang berada di sekitar lingkungannya, “harapnya.
Namun yang lebih penting bukan hanya dari aspek penyadarannya saja, tetapi yang sangat diutamakan dengan Pendidikan Lingkungan Hidup dapat merubah sikap dan perilaku siswa dan masyarakat pada umumnya untuk dapat menghargai lingkungannya. “Saat ini kesempatan untuk berbenah dan menata kembali dalam mengembangkan baik kebijakan, kurikulum, partisipasi warga sekolah, maupun sarana dan prasarana sekolah terus ditingkatkan, “ujarnya.
Dikatakan dengan menanamkan Pendidikan Lingkungan Hidup sejak dini, semoga dapat mewujudkan kesadaran dan kedisiplinan siswa, membuahkan budaya bersih dan sehat, serta munculnya perilaku-perilaku dan upaya-upaya pelestarian lingkungan, penghijauan serta perilaku hemat. "Penghargaan ini patut kita syukuri dan kita sambut dengan rasa bangga, namun yang lebih penting bahwa penghargaan tersebut juga harus mampu memberikan motivasi untuk bekerja lebih keras lagi," kata Dra. Husnawiyah.
Ditanya upaya yang dilakukan, beliau mengatakan kegiatan utama program Adiwiyata ini mewujudkan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan (SPBL). Disamping itu, program ini juga mengembangkan norma dasar diantaranya Kebersamaan, Keterbukaan, Kesetaraan, Kejujuran, Keadilan, dan Kelestarian Lingkungan Hidup, “terangnya.
Lebih lanjut dijelaskan prinsip dasar program Adiyiwata diantaranya pertama Partisipatif, artinya setiap kegiatan harus melibatkan seluruh warga sekolah mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Kedua, Berkelanjutan, artinya seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana dan terus menerus.
Sementara itu Humas SMA 5 Jember, Halimatus, S.Spd mengatakan ada 4 kriteria penilaian sekolah yang berhak mendapat penghargaan Adiwiyata diantaranya pengembangan kebijakan sekolah, pengembangan kurikulum berbasis lingkungan, pengembangan kegiatan berbasis partisipatif, dan pengembangan sarana pendukung sekolah.
Selanjutnya masing-masing kriteria dijabarkan, misalnya untuk pengembangan kebijakan sekolah yang diperlukan, antara lain punya visi dan misi sekolah yang terkait dengan aspek lingkungan hidup, telah ada materi lingkungan hidup dalam pembelajaran di sekolah, telah ditunjuk petugas khusus dibidang lingkungan hidup bagi sekolah tersebut, ada penghematan dalam menggunakan Sumber Daya Alam (air, listrik, ATK). “Telah ada upaya sekolah dalam mendukung terciptanya lingkungan sekolah yang bersih dan sehat, adanya pengalokasian dana bagi sekolah untuk kegiatan lingkungan hidup, “lanjutnya.
Kemudian untuk pengembangan kurikulum berbasis lingkungan yang diperlukan diantaranya adanya pengembangan model pembelajaran lingkungan hidup lintas mata pelajaran, adanya penambahan materi lingkungan hidup yang sedang hangat dibicarakan oleh masyarakat, adanya penambahan materi lingkungan hidup yang berkaitan dengan budaya masyarakat, adanya kegiatan kurikuler sekolah yang berupa aksi nyata yang bertema lingkungan hidup, adanya pengembangan materi lingkungan hidup yang berkaitan dengan isu global.
Sedang untuk pengembangan kegiatan berbasis partisipatif yang diperlukan diantaranya adanya kegiatan baik kurikuler maupun ekstra-kurikuler yang mendukung pendidikan lingkungan hidup sekolah, adanya kegiatan lingkungan hidup yang diprakarsai sekolah telah melibatkan masyarakat sekitar, adanya keikutsertaan sekolah pada kegiatan lingkungan hidup yang diselenggarakan oleh pihak luar.
Selanjutnya pengembangan sarana pendukung sekolah yang diperlukan, diantaranya adanya pemanfaatan sarana pendukung sekolah sebagai media pembelajaran lingkungan hidup, adanya pengelolaan sarana pendukung dan fasilitas sekolah yang ramah lingkungan, adanya upaya pengelolaan fasilitas sanitasi dalam menunjang kebersihan dan kesehatan lingkungan sekolah, adanya upaya penghematan Sumber Daya Alam (SDA). (RED)

Sabtu, Mei 31, 2008

Seminar Nasional 100 Tahun Kebangkitan Bangsa, Mendiknas : “Saya Salut Pada Bupati Jember...”






Jember, Suara Indonesia News - Gebyar Kebangkitan Nasional yang ke – 100 tahun saat ini benar-benar disemangati dengan suatu tekad untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Sebab, pendidikan merupakan kunci utama suksesnya pembangunan. Seperti diketahui bersama, bahwa tatanan ekonomi, politik dan pendidikan di Indonesia belumlah sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, pemerintah beserta seluruh elemen masyarakat hendaknya dapat menjalin suatu kerjasama untuk saling bahu-membahu guna mewujudkan cita-cita bangsa.
Seperti yang disampaikan Bupati Jember, MZA. Djalal dalam Seminar Nasional memperingati Hari Pendidikan Nasional dan 100 Tahun Kebangkitan Bangsa yang mengambil topik “Membangun Pendidikan Yang Berkualitas”, di SMPN 2 Ajung, Rabu (28/05), bahwa khusus untuk Kabupaten Jember, pencapaian Human Development Index (HDI)-nya adalah pada urutan ke-33 dari 38 kabupaten yang ada di Jawa Timur. “Dengan demikian, Pemkab Jember melalui slogan Membangun Desa Menata Kota Untuk Kemakmuran Bersama berupaya menaikkan HDI dengan menetapkan 4 bidang pembangunan sebagai prioritas utaman, yaitu bidang pertanian, kesehatan, ekonomi dan pendidikan”, jelas Djalal dihadapan para undangan yang terdiri dari kurang lebih 2.000 guru se-Kabupaten Jember.
Pendidikan, lanjut Djalal, termasuk salah satu prioritas utama, karena Pemkab Jember ingin supaya generasi penerus dalam hal ini anak-anak Jember dapat lebih berprestasi lagi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Pada kesempatan itu, Djalal juga melaporkan bahwa Pemkab Jember saat ini telah menuntaskan sebanyak 30.000 ribu masyarakat yang buta huruf (yang dimulai pada tahun 2005 lalu). Selain itu, pada tahun 2007 Dinas Pendidikan Kab. Jember juga telah menuntaskan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar (Wajar Dikdas) 9 tahun dengan meraih APK 98,22%, sehingga dengan demikian dapat meraih penghargaan Widyakrama Paripurna 2008 dari Presiden RI. “Hal ini merupakan suatu prestasi yang luar biasa bagi Pemkab Jember, khususnya dalam bidang pendidikan”, ungkapnya penuh kebanggaan. Dan untuk menunjang program Wajar Dikdas 9 tahun, Pemkab Jember memberikan beasiswa pada anak sekolah usia transisi, yaitu usia 13 – 15 tahun, sebab usia ini merupakan usia rawan putus sekolah, misalnya melalui program BOS (Biaya Operasional Sekolah).
Untuk program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Jember, lanjut Djalal, pelaksanaannya dinilai cukup berhasil dengan mengintegrasikan 3 pilar utama, yaitu dalam hal pendidikan, gizi dan kesehatan anak usia 0 – 6 tahun.
Acara seminar nasional tersebut juga dihadiri Menteri Pendidikan Nasional, Prof. DR. Bambang Sudibyo yang sekaligus meresmikan 5 USB (Unit Sekolah Baru) SMP Negeri Satu Atap dan 1 TK Pembina.
Pada acara itu, Bambang menyatakan rasa salutnya kepada Bupati Jember terhadap komitmennya pada dunia pendidikan, dengan keberhasilannya dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Jember, yaitu melalui berdirinya sejumlah sekolah-sekolah negeri yang baru sejak kepemimpinannya. Selain itu, wajah pendidikan di Jember juga terlihat lebih menggeliat dengan muncul beberapa siswa berprestasi yang sanggup bersaing dalam lingkup nasional maupun internasional. “Ini merupakan suatu contoh konkrit, bahwa terdapat kerjasama antara siswa dan guru untuk saling meningkatkan mutu pendidikan, baik untuk obyek maupun subyeknya”, tandasnya dengan penuh antusias.
Masih menurut Mendiknas kelahiran Temanggung, Jawa Tengah itu, bahwa awalnya ia tak percaya bahwa ada salah satu siswa Jember yang berhasil meraih medali 3 emas dalam olimpiade fisika di Beijing, China.
“Ke depan, agar dunia pendidikan di Indonesia, khususnya di Kabupaten Jember lebih bermutu, maka kualitas tenaga pengajarnya juga harus ditingkatkan, yaitu berpendidikan mininal S-1, sehingga dengan demikian kualitasnya dapat disejajarkan dengan guru-guru yang ada di negara maju”, imbuhnya.
Seminar Nasional yang berlangsung sehari itu dihadiri narasumber Drs. Zaenuddin Maliki (Rektor Unmuh Surabaya) dan Drs. Abdul Mu’id, M. Pd dengan menekankan pada keberhasilan bidang pendidikan yang diukur menurut nilai-nilai yang ada pada UNDP (United Nations Development Program), yaitu Literacy (kemampuan membaca dan menulis) ; Education Level (tingkat pendidikan) ; Education Evolution (evolusi pendidikan) dan Knowledge Evolution (evolusi pengetahuan). (Aro)

Rabu, Mei 28, 2008

Mendiknas Meresmikan 13 USB, Baik SD, SMP Dan TK




Jember, Suara Indonesia News - Diakui atau tidak bahwa pembangunan bidang pendidikan di Kabupaten Jember banyak sekali mengalami kemajuan dan semua itu merupakan komitmen Bupati Jember MZA Djalal untuk meningkatkan mutu pendidikan di Kabupaten Jember ini dan ternyata terbukti, salah satu contohnya karena Bupati telah benar-benar memberikan bantuan bagi guru untuk memperoleh gelar sarjana S1. “Ini penting sekali, karena pada tahun 2005, pemerintah telah mengesahkan UU guru dan dosen, dimana guru ditetapkan sebagai profesi dan sederajat dengan dokter, apoteker, akuntan dan pengacara serta profesi lainnya. Demikian disampaikan Mendiknas Prof. DR. Bambang Sudibyo, MBA, ketika memberikan sambutan pada acara peresmian 7 USB SMP Negeri, 5 USB SD-SMP satu atap dan 1 USB TK. Pembina oleh Menteri Pendidikan Nasional Prof. DR. Bambang Sudibyo, MBA, Rabu (28/5) siang tadi di Desa Manggaran Kecamatan Ajung Jember.
Selain para guru minimal harus sarjana S1, guru juga dituntut untuk menambah pendidikannya, kalau untuk SD 1 semester, dan SMP, SMA, SMK 1 tahun untuk mendapatkan sertifikat pendidiknya. “Dan guru yang sudah memenuhi UU guru ini, maka kualifikasi, mutu dan kompetensinya sudah sama dengan guru dinegara maju, “tandasnya.
Bak gayung bersambut, terkait dengan peningkatan kesejahteraan para guru, pemerintah pusat sudah memberikannya, tetapi ternyata di Kabupaten Jember ini, Bupati juga telah menambahnya, sehingga akan melengkapi untuk meningkatkan kesejahteraan para di wilayah ini. “Namun tunjangan ini tidak diberikan kepada orang yang sama, dan saya yakin Pemprov. Jawa Timur juga melakukan hal yang sama, “harap Mendiknas Prof. DR. Bambang Sudibyo, MBA.
Namun demikian selain guru dituntut lebih profesional, sekarang ini dengan semakin banyaknya sekolah bertaraf nasional maupun internasional, akan tetapi untuk mendapatkan sertifikat itu tidak mudah dan ada konsekuensinya bagi para guru artinya untuk mengajar di sekolah bertaraf internasional itu memang persyaratan dan kompetensi yang diminta juga lain. Karena guru harus bisa mengajar dalam bahasa inggris, dan nantinya semua guru itu mempunyai laptop dan tiap siswa juga harus mempunyai laptop. “Dan idealnya kalau sekolah itu mau benar-benar bertaraf internasional, baik guru maupun siswanya harus memiliki laptop masing-masing, “harapnya.
Sementara itu menurut Bupati Jember, MZA Djalal bahwa sejak tahun 2006 lalu Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jember terus melaksanakan program dalam rangka peningkatan mutu pendidikan dengan memberikan bantuan beasiswa berupa tugas belajar S1 dan D2 kepada para guru sebanyak 146 orang pada tahun 2006 dan 570 orang pada tahun 2007 kemarin dan program ini masih berlanjut hingga tahun 2008 ini. “Peningkatan mutu guru dan kinerja kepala sekolah ini juga dilaksanakan dalam bentuk penghargaan dan perlindungan terhadap profesi guru, “kata Bupati Jember MZA Djalal.
Tahun 2007 kemarin, Pemerintah juga menganggarkan dalam APBD Kabupaten Jember sebagai upaya untuk menambah penghasilan dalam bentuk peningkatkan kesejahteraan para guru berdasarkan beban kerja dan tempat bertugas sebesar Rp 8,24 M yang akan berlanjut pada tahun 2008 ini.
Lebih lanjut menyadari akan pentingnya perpustakaan, maka upaya pembelian bis perpustakaan dan pengadaan buku-buku perpustakaan. “Kegiatan ini dalam rangka akses layanan perpustakaan kepada masyarakat kota dan khususnya masyarakat yang ada diwilayah pedesaan, “jelasnya.
Meski diakui masih banyaknya tenaga guru yang menjadi sukarelawan ini terbukti bahwa pembangunan pendidikan di Kabupaten Jember masih perlu ditingkatkan lagi. “Sebagian permasalahan tersebut dapat teratasi oleh partisipasi dan kepedulian masyarakat dalam menyukseskan pembangunan dibidang pendidikan, “ujarnya.
Semua daya dan upaya yang telah dilakukan bersama elemen masyarakat Jember akan senantiasa memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi anak-anak bangsa untuk membangun negara yang kita cintai ini. Sedangkan 13 Unit Sekolah Baru (USB) yang akan diresmikan Mendiknas tersebut diantaranya 1 sekolah Taman Kanak-Kanak Pembina di Kecamatan Kencong, SMP Negeri 2 Ajung, SMP Negeri 2 Rambipuji, SMP Negeri 2 Ledokombo, SMP Negeri 2 Mayang, SMP Negeri 3 Arjasa, SMP Negeri 13 dan 14 Jember, dan SMP Negeri satu atap masing-masing di desa Sumbersalak, desa Ledokombo, desa Rowosari, desa Sumberwringin, desa Mulyo Rejo, desa Darsono, dan desa Sukoharjo Kecamatan Tanggul yang ditandai dengan penanda tanganan prasasti oleh Mendiknas Prof. DR. Bambang Sudibyo, MBA. (Aro)

Sabtu, Mei 24, 2008

KEMAJUAN SEKOLAH DI TENTUKAN KEPEMIMPINAN KEPSEK




Jember, Suara Indonesia News - Untuk menghadap tantangan yang semakin berat, Kepala Sekolah harus bekerja keras dengan niat yang ikhlas yang dibarengi dengan kemauan serta kemampuan disamping membina kerja sama yang baik dengan semua elemen masyarakat, tegas Achmad Sudiyono, SH, MSi beberapa hari lalu di kantornya ketika seusai melantik Kepala Sekolah mulai dari SD, SMP, SMK dan SMA termasuk 9 pengawas di Kabupaten Jember.
Kepala Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Jember pada kesempatan itu mengungkapkan bahwa, pelantikan ini adalah sesuatu yang wajar dan harus diterima dengan lapang dada. Karena hal ini merupakan konsekwensi logis yang harus dilakukan untuk memperbesar suatu organisasi pendidikan di Kabupaten Jember.
Khusus kepada kepala sekolah yang baru saja di lantik, agar dapat mengemban tugasnya dengan baik. “Jabatan ini adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan. Untuk itu, laksanakanlah amanah tersebut dengan sebaik-baiknya,” harap Achmad sudiyono dihadapan Kepala Sekolah yang baru dilantik.
Acara tersebut dihadiri Asisten III Pemkab Jember Gatot Harsono, Kepala BKD Jember, Drs. Sugiarto, Kepala Bagian Umum, Drs. Widi P, dan pejabat struktural dilingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Jember.
Lebih jauh dikemukakan bahwa maju mundurnya suatu sekolah sangat tergantung dengan kepemimpinan kepala sekolahnya. Kepala sekolah ibarat nahkoda yang mengendalikan, berprestasi atau tidak atau sekolah tersebut akan hancur. Makanya jadi harus siap untuk memikul tugas berat karena akan menghadapi berbagai tantangan dan tanggungjawab.
Pelantikan Kepala Sekolah ini untuk melakukan perbaikan, penyegaran kepemimpinan dan peningkatan kualitas melalui mutasi-mutasi dan promosi. Tanpa mutasi dan promosi kapan kita akan maju, juga sebagai bentuk penghargaan kepada kepala sekolah yang berprestasi, katanya Kepada kepala sekolah yang dimutasi itu Achmad, mengharapkan supaya dapat meneyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah baru dan melakukan koordinasi dengan komite sekolah, para guru dan para orang tua siswa dan masyarakat, dalam menyikapi berbagai isu-isu tentang pendidikan.
Kepala Sekolah jangan sampai kerja sendirian tanpa melakukan koordinasi baik secara internal maupun dengan dinas yang terkait karena tugas berat ini tidak bisa kita selesaikan sendirian, harus melibatkan semua elemen masyarakat . "Bina kerja sama yang baik dengan komite sekolah, tanamkan rasa kekeluargaan, kebersamaan dengan majelis guru sebagai ujung tombak dalam memacu mutu pendidikan", ingat Achmad.
Dikatakan, seorang pemimpin itu jika dia berada di depan, mampu menjadi contoh dan tauladan. Jika dia berada di tengah, dia dapat memberikan motivasi yang tinggi dan jika berada dibelakang dia dapat memberikan dorongan yang kuat. Falsafah ini sulit untuk diterapkan jika guru dan pemimpin pada sekolah-sekolah hanya berfungsi mengisi kecerdasan intelektual saja, tanpa mempedulikan pendidikan dibidang keagamaan untuk mengisi dada siswa dengan keimanan dan ketakwaan. (KOM)

Minggu, Mei 18, 2008

Bidang Pendidikan, Tingkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia

Jember, Suara Indonesia News - Arti pentingnya pemerataan perluasan akses pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan dijadikan proritas meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui pendidikan pada semua jenjang. Tekad pemerintah itu sesuai PRKPD tahun 2007.
Jejang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), kebijakan layanan dilakukan melalui pemerataan dan perluasan akses sebagai langkah strategis untuk investasi sumberdaya manusia masa depan yang lebih berdaya saing.
“Menyadari arti pentingnya tingkat pendidikan pada usia ini, maka Pemerintah Kabupaten Jember memberikan perhatian yang sangat besar, karena usia dini ini merupakan usia emas atau Golden Age,”ungkap Bupati Jember MZA Djalal menyampaikan LKPJ didepan anggota dewan beberapa waktu lalu.
Pada tahun 2007 telah dibangun lembaga baru PAUD sebanyak 2 sekolah dan TK sebanyak 1 sekolah serta rehabilitasi ruang kelas TK pada 37 sekolah. Selain itu juga dilaksanakan pembangunan sarana bermain luar, penyediaan alat peraga edukatif. “Tenaga pendidik dilatih kompetensi dan PAUD Integrasi Posyandu atau Pos PAUD akhir tahun 2007 telah berdiri sekolah PAUD sebanyak 258 sekolah dan 811 sekolah TK,”tambahnya.
Dari penuntasan buta aksara usia produktif menurut Djalal pada tahun 2006 telah dibentuk 250 kelompok belajar usaha atau sejumlah 2.500 orang dengan kegiatan diantaranya anyaman bambu, ukiran kayu, dan kegiatan usaha produktif lainnya.
“Tahun 2007 ditindaklanjuti pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup (life skill) kepada 1.150 orang atau 80 kelompok belajar dengan kegiatannya menjahit, bordir, tata kecantikan rambut, tata kecantikan kulit, tata rias pengantin, dan kegiatan usaha produktif lainnya,”terang dia.
Lewat penuntasan buta aksara tahun 2006 Bupati Jember menyampaikan terima kasih kepada seluruh elemen masyarakat yang telah berpartisipasi dan mensukseskan program penuntasan buta aksara.
“Sehingga Jember mendapatkan penghargaan Anugerah Aksara Tingkat Pratama yang diberikan oleh Bapak Wakil Presiden pada tanggal 8 September 2007 yang tentunya prestasi ini tidak lepas dari peran seluruh elemen masyarakat dalam mensukseskan program pemberantasan buta aksara melalui gerakan gugur gunung,”tambahnya Djalal.
Tidak hanya itu keberhasilan bidang pendidikan di Jember. Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun merupakan salah satu upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia. “Alhamdulillah, segenap ikhtiyar yang telah kita lakukan bersama untuk menuntaskan Wajar Dikdas 9 Tahun, telah menuai hasil yang cukup membanggakan,”pungkas Bupati Djalal.
Keberhasilan itu ditandai dengan didapatkannya penghargaan dari pemerintah pusat pada tanggal 12 Mei 2008 lalu. “Bapak Presiden menganugerahkan Penghargaan Widya Krama Utama kepada Kabupaten Jember, sebagai kabupaten yang telah menunjukkan pencapaian dalam mensukseskan Wajar Dikdas 9 Tahun,”bebernya. (KOM)

Sabtu, Mei 17, 2008

Depdiknas Dapat Donasi Ribuan Komputer



Jakarta, Suara Indonesia News - Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan Intel Corp. membentuk aliansi strategis. Kolaborasi ini merupakan bagian dari rencana pemerintah dalam rangka menyambut '100 Tahun Kebangkitan Nasional' yang terfokus pada Teknologi informasi dan Komunikasi (TIK).Sejumlah output dijanjikan kedua belah pihak dalam kerjasama ini. Seperti untuk meningkatkan akses kepemilikan komputer dengan harga terjangkau, sehingga meningkatkan kemampuan guru Indonesia, memperluas akses internet pita lebar dan menghadirkan konten lokal yang relevan dalam meningkatkan teknologi digital.Penandatanganan nota kesepahaman dilakukan oleh Country Manager Intel Indonesia Budi Wahyu Jati dan Kepala Pustekom Depdiknas Lilik Gani. Penandatanganan ini disaksikan langsung oleh Chairman of Board Intel Corp Craig R. Barrett, Mendiknas Bambang Soedibyo dan Menkominfo Mohammad Nuh di Balai Kartini Jakarta, Kamis (15/5/2008).Kerja sama ini merupakan bagian dari program Intel world Ahead, yaitu program Corporate Social Responsibility (CSR) Intel yang bertujuan untuk mendekatkan teknologi dalam dunia pendidikan.Untuk program ini, Intel akan menanam modal sebesar US$ 1 miliar di seluruh dunia dalam kurun waktu 5 tahun. Sayangnya, ketika ditanya berapa jatah Indonesia untuk program ini, pihak Intel enggan mengungkapnya.Craig Barrett mengatakan, sebagai bagian dari program pendidikan di TIK di tanah air, Intel bakal mendonasikan hingga 4000 unit komputer selama kurun waktu empat tahun. Dimana 725 unit diantaranya telah digelontorkan ke 33 sekolah pada 2007.Dari jumlah 4000 unit PC tersebut, terbagi atas notebook mungil besutan Intel -- Classmate PC -- dan komputer desktop.Sementara untuk pendistribusiannya akan dibagikan ke sekolah-sekolah, dengan pemilihan diserahkan ke Diknas. "Dengan prioritas bagi SD dan SMP negeri. Syarat lainnya adalah memiliki guru yang berkompeten serta memiliki ruangan yang memadai untuk menampung PC ini," ujar Budi.

Chairman Intel Pamer Prosesor di Hadapan SBY



Jakarta, Suara Indonesia News - Di hadapan Presiden Bambang Susilo Yudhoyono (SBY) di istana negara, Chairman Intel - Craig R. Barrett - memamerkan prosesor terbaru Intel yang diusung dengan nama "Atom".Disebut-sebut akan ada proyek pengadaan komputer murah dengan harga di bawah US$ 200 untuk kepentingan pendidikan di Indonesia. Barrett mengatakan prosesor terbaru Intel ini sangat memungkinkan digunakan untuk memproduksi PC berharga murah."Ini contoh CPU yang menggunakan prosesor Intel Atom yang nantinya akan diproduksi oleh manufaktur lokal," kata Barret sambil memamerkan CPU yang telah menggunakan Intel Atom dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya memegang prosesor Atom, di Istana Negara, Kamis (15/5/2008).Ditambahkan oleh Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo bahwa dengan adanya kesempatan yang ditawarkan oleh Intel ini, maka peluang bagi Indonesia untuk mendapatkan software gratis yang ditawarkan Bill Gates akan semakin terbuka.Bill Gates menawarkan software baru secara cuma-cuma untuk proyek pengadaan komputer di sekolah-sekolah di Indonesia, namun dengan syarat software tersebut digunakan di komputer-komputer murah dengan harga maksimal US$ 200.Prosesor Atom sendiri rencananya akan diluncurkan bulan Juni mendatang. Intel Atom merupakan mikroprosesor terbaru yang terdiri dari 11 chip yang dilengkapi dengan 47 juta transistor.

Pemerintah Siapkan Rp 1 Triliun untuk Komputer Sekolah


Jakarta, Suara Indonesia News - Pemerintah menyediakan anggaran sebesar Rp 1 triliun untuk pengadaan komputer murah bagi sekolah. Tender pembuatan unit komputer dengan plafon harga harga US$ 200 tersebut akan dibuka bagi pabrikan lokal yang ada di Indonesia.Hal ini disampaikan Menkominfo Mohammad Nuh usai mendampingi Presiden SBY menerima kunjungan Chairman Intel Corp. Craig R. Barrett, Kamis (15/5/2008), di Kantor Presiden, Jakarta."Ada 6 local manufakture di sini. Kita biarkan mereka nanti untuk bersaing," ujar dia.Mantan Rektor ITS ini menjelaskan, dana Rp 1 trilyun itu untuk pengadaan tahap pertama berupa tiga ribuan unit komputer murah. Dana sebesar itu tidak mengambil dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang merupakan komponen Bantuan Langsung Tunai (BLT) bidang pendidikan, melainkan sudah anggaran tersendiri yang masuk dalam ke dalam pos pengadaan ATK Depdiknas."Kalo BLT buat pengadaan komputer, nanti kan jadi gegeran (masalah). Pokoknya BLT buat kebutuhan urgent," imbuhnya.Meski judulnya komputer murah, tapi komputer yang untuk tahap pertama akan disebar ke berbagai SMU itu bukan abal-abal. Komputer ini akan menggunakan prosesor Intel Atom, yang mampu berlari kencang namun hemat energi.Sedangkan untuk perangkat lunak, rencananya akan memakai produk terbaru Microsoft. Pemerintah tidak mengeluarkan dana sepeser pun untuk pengadaannya, sebab Bill Gates dalam pertemuan dengan Presiden SBY pekan lalu telah menawarkannya secara gratis."Ini deal bisnisnya dengan Depdiknas. Jadi nanti nggak (unit PC) dijual di Glodog, biar gak sampeyan borong," canda M. Nuh tapi serius.

Mendiknas Ajarkan Cara Membajak yang Halal




Jakarta, Suara Indonesia News - Tak selamanya istilah membajak digunakan untuk perbuatan yang melanggar peraturan. Bahkan, Mendiknas Bambang Soedibyo malah menganjurkan para guru untuk melakukan pembajakan dari internet.Tapi jangan salah kaprah dulu. Pembajakan yang dimaksud Mendiknas adalah terkait buku-buku yang di-online-kan di sistem jaringan pendidikan nasional (jardiknas).Ketika berbicara di depan peserta yang sebagian besar para guru dan kepala sekolah di semiloka Educational Event Mendiknas tak segan menghimbau, agar guru-guru untuk rajin dan tak perlu ragu untuk men-download sumber-sumber pengetahuan ini untuk disebarluaskan.Hingga saat ini, sudah ada 37 buku yang telah di-online-kan. Hak cipta semua buku tersebut sudah dibeli oleh Depdiknas, sehingga bagi siapapun yang ingin men-download lalu memperbanyaknya dipersilahkan secara gratis."Kami persilahkan setiap orang, institusi dan sekolah untuk men-download-nya. Boleh nantinya mau di-print ataupun diperbanyak untuk kemudian diperjualbelikan," ajak Mendiknas di tengah semiloka yang berlangsung di Balai Kartini, Kamis (15/5/2008).Namun khusus bagi pihak yang ingin menjual cetakan buku-buku tersebut, Mendiknas berpesan untuk membanderol harganya tak lebih dari sepertiga harga asli buku tersebut. Pasalnya, tak perlu bayar royalti, jadi hanya biaya mencetak dan distibusinya saja."Jadi buku ini dibajak dengan cara yang halal," seloroh Mendiknas, yang disambut tawa para peserta