Jumat, Desember 05, 2008
Lie Cin: Kapoltabes Samarinda Dicopot Bukan karena Saya
Suara Indonesia News - LIE CIN, tersangka judi togel yang kini mendekam di penjara Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polda Kaltim, membantah pencopotan Kombes Pol Nasib Simbolon dari jabatan Kapoltabes Samarinda karena penangkapan dirinya.
Lie Cin juga membantah telah membuka praktik judi kembali. Pria yang pernah ditangkap pada 2007 karena kasus yang sama ini mengatakan sudah tidak menjalani bisnis haram itu sejak keluar dari penjara.
"Dia (Simbolon) itu dicopot bukan gara-gara saya. Kalau dibilang membiarkan judi, judi punya siapa. Saya ini sudah berhenti judi, itu pasti pelaku judi lain," kata Lie Cin saat diwawancarai di tahanan Polda Kaltim, Kamis (4/12).
Ia menjelaskan, belakangan ini banyak pelaku bisnis judi lain yang mencatut namanya. Pencatutan inilah yang membuat namanya besar, bahkan sampai disebut sebagai bandar judi togel Kaltim. "Padahal, saya itu dulu cuma di Samarinda, tidak ke Balikpapan atau kota lain," ujarnya.
Lie Cien kemudian bercerita mengenai awal mula ia masuk dalam bisnis judi. Gagal menempuh kuliah di Fakultas Sosial Politik Universitas Tujuh Belas Agustus (Untag) Samarinda belasan tahun lalu, Lie Cin memulai usahanya dengan menjadi seorang kontraktor. Namun, karena usahanya tidak berjalan lancar, ia mulai melirik bisnis perjudian, kira-kira sekitar tahun 2001.
Awalnya hanya ikut-ikutan menanam modal. Untungnya juga tidak banyak karena masih harus dibagi-bagi dengan penanam modal lain. "Kira-kira jutaan lah," kata pria kelahiran 2 Oktober 1965 ini.
Berkat kejelian dan kepiawaiannya dalam bergaul, nama Lie Cin menjadi sangat terkenal. Usahanya kian pesat, hingga akhirnya ia memberanikan diri membuka usaha sendiri dengan mempekerjakan ratusan orang. Waktu itu Kapolri masih dijabat Jenderal Dai Bachtiar dan judi masih terjadi di mana-mana.
Lie Cin membuka usaha judi togel, judi bola, dan dingdong di beberapa tempat karaoke di Samarinda, seperti di Nakhoda, Royal, dan De Javu. Waktu itu, kata Lie Cin, bisnis judi yang paling laris adalah judi tebak lagu. Cara memainkannya, penjudi menebak judul lagu yang terdengar dalam ruang, jika benar, akan mendapatkan hadiah.
Bisnisnya tidak hanya di Samarinda. Namun, ia juga mengembangkan usaha bekerja sama dengan bandar judi lainnya di kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan. "Masa kejayaan itu sekitar tahun 2002-2004. Dalam satu hari itu omzet (keuntungan) bisa mencapai Rp 500 juta," ujar Lie Cin.
Keuntungan itu tidak dimakan sendiri, tapi dibagi dengan anak buah dan relasinya, termasuk polisi sampai dengan kalangan pejabat pemerintahan. Nominalnya pun beragam, tergantung peran dan pengaruh masing-masing. "Bahkan, wartawan pun saya beri juga agar tidak mengganggu bisnis kami," katanya.
Namun, bisnis Lie Cin mendadak surut ketika Kapolri dijabat oleh Jenderal Sutanto pada 2006. Operasi judi besar-besaran yang dilakukan, termasuk di Kaltim, membuat bisnis Lie Cin "tiarap" dalam waktu yang panjang. "Kadang-kadang kami buka sih, tapi sambil lihat-lihat situasi dulu. Kalau aman baru kami buka," ujarnya.
Pada 2007 untuk pertama kalinya Lie Cin ditangkap. Ia dihukum penjara selama beberapa bulan. Begitu keluar dari penjara, Lie Cin mengaku tidak pernah membuka kembali bisnisnya hingga sekarang. Sekarang Lie Cin kembali ditangkap karena kasus yang sama. Kepada Tribun, Lie Cin membantah tuduhan polisi.
Menurut dia, selama ini banyak pelaku judi lain yang sering menjual namanya. Misalnya saja penangkapan di Kutai Timur (Kutim) oleh Reskrim Polda, pengecer mengaku menyetor dana ke Lie Cin.
"Itu tidak benar, Anda bisa buktikan sendiri. Sekarang ini banyak yang jual nama saya. Kalau ditangkap polisi, ngaku-nya setoran ke Lie Cin. Padahal, sudah tobat," katanya.
"Bukannya apa-apa, saya sudah tidak mau berurusan dengan polisi lagi. Saya kapok, soalnya kalau polisi itu langsung ditahan duluan sih, padahal saya kan tidak salah," ujarnya bercanda.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar