


Uji coba Oleh : Jhony ( Anggota Polsek Panti Jember )
Contack Persons : +6287852727900 dan +623313519731
Jember, Suara Indonesia News - Dengan semakin meningkatnya kebutuhan hidup dan peningkatan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) serta sekamin berkurangnya sumber daya alam yang tidak terbaharui, maka perlu dicarikan suatu jalan alternatif guna mengganti sumber daya energi tersebut dengan sumber daya energi yang terbarukan. Kebutuhan energi tersebut sebenarnya tidak lain adalah energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan dan mendistribusikan secara merata sarana-sarana pemenuhan kebutuhan pokok manusia.
Berbagai macam bentuk energi telah digunakan manusia seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam yang merupakan bahan bakar yang tidak terbaharui. Selain itu, sumberdaya lainnya seperti kayu bakar saat ini masih digunakan, namun penggunaan kayu bakar tersebut mempunyai jumlah yang terbatas dengan semakin berkurangnya hutan sebagai sumber kayu. Dengan meningkatnya jumlah penduduk, terutama yang tinggal di perdesaan, kebutuhan energi rumah tangga masih menjadi persoalan yang harus dicarikan jalan keluarnya.
Permasalahan kebutuhan energi perdesaan dapat diatasi dengan menggunakan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan, murah, dan mudah diperoleh dari lingkungan sekitar dan bersifat dapat diperbaharui. Salah satu energi ramah lingkungan adalah gas bio yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik akibat aktivitas bakteri anaerob pada lingkungan tanpa oksigen bebas. Energi gas bio didominasi gas metan (60% - 70%), karbondioksida (40% - 30%) dan beberapa gas lain dalam jumlah lebih kecil.
Secara prinsip pembuatan gas bio sangat sederhana, yaitu memasukkan substrat (kotoran sapi) ke dalam unit pencerna (digester) yang anaerob. Dalam waktu tertentu gas bio akan terbentuk yang selanjutnya dapat digunakan sebagai sumber energi, misalnya untuk kompor gas.
Limbah Ternak Sapi
Sapi merupakan hewan yang umum dipelihara sebagai salah satu sumber mata pencaharian penduduk pada umumnya di beberapa daerah di Indonesia. Terutamnya diderah pelosok desa yang sangat kekurangan Minyak Tanah yaitu di Dusun Kemuningsari lor, Desa Kemuningsari lor Kec. Panti Kab Jember,, maka saya dan warga melakukan uji coba memanfaatkan adanya kotoran sapi, potensi kotoran sapi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan gas bio, namun belum banyak dimanfaatkan. Bahkan selama ini telah menimbulkan masalah pencemaran dan kesehatan lingkungan. Umumnya para peternak membuang kotoran sapi tersebut ke sungai ataupun dibakar. Apa yang saya lihatt waktu di Internet saya pelajari dan saya buktikan di Masyarakat binaan saya.
Produksi kotoran sapi dari Desa Kemuningsarilor Kecamatan Panti Kabupaten Jember, apabila diakumulasi dapat mencapai sekira 97.500 kg/hari, dan apabila dimanfaatkan menjadi gas bio dapat diperoleh produksi gas 1.300 – 4.431 m3/hari atau sebanding dengan 863 – 2.120 liter minyak tanah. Bila diasumsikan harga 1 liter minyak tanah adalah Rp 3.500,00, maka dapat menghemat pembelian minyak tanah sebesar Rp 3.020.500,00 - Rp 7.3920.000,00/hari. Jumlah "subsidi" alam yang cukup besar dalam kaitannya dengan upaya self-sufficiency energi perdesaan. Namun demikian, potensi energi yang besar dan bersifat ramah lingkungan ini belum banyak dimanfaatkan.
Penggunaan biodigester dapat membantu pengembangan sistem pertanian dengan mendaur ulang kotoran hewan untuk memproduksi gas bio dan diperoleh hasil samping berupa pupuk organik dengan mutu yang baik. Selain itu, dengan pemanfaatan biodigester dapat mengurangi emisi gas metan (CH4) yang dihasilkan pada dekomposisi bahan organik yang diproduksi dari sektor pertanian dan peternakan, karena kotoran sapi tidak dibiarkan terdekomposisi secara terbuka melainkan difermentasi menjadi energi gas bio.
Gas metan termasuk gas rumah kaca (greenhouse gas), bersama dengan gas karbon dioksida (CO2) memberikan efek rumah kaca yang menyebabkan terjadinya fenomena pemanasan global. Pengurangan gas metan secara lokal ini dapat berperan positif dalam upaya penyelesaian permasalahan global (efek rumah kaca), sehingga upaya ini dapat diusulkan sebagai bagian dari program internasional Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism).
Beberapa desain digester yang telah dikenal dan umum digunakan adalah jenis fixed dome dan floating drum. Tapi, mekanisme operasional kedua unit biodogester ini termasuk mahal dan proses pembuatan dan operasionalnya membutuhkan tenaga ahli, karena memiliki konstruksi yang rumit. Sementara suku cadangnya tidak selalu tersedia di pedesaan, sehingga kurang tepat untuk daerah pedesaan yang masih terbatas SDM dan peralatannya.
Selain itu, rata-rata penduduk pedesaan hanya memiliki beberapa ekor sapi (1 - 3 ekor), sehingga diperlukan tipe digester alternatif yang lebih sederhana dan mudah pengoperasiannya.
Plastik polyethilene
Mempertimbangkan keterbatasan teknik dan pendanaan yang dihadapi kebanyakan petani/peternak di perdesaan, maka diperlukan alternatif digester yang secara teknis dan pendanaan feasible. Salah satu alternatif biodigester yang sesuai dengan kondisi perdesaan adalah biodogester yang terbuat dari bahan plastik polyethilene.
Plastik polyethilene telah umum digunakan di bidang pertanian, sehingga bagi kebanyakan petani bukan merupakan suatu barang baru. Mereka juga telah memanfaatkannya untuk pembungkus bibit tanaman, pelindung buah, dan tempat pengering hasil panen.
Biodigester polyethilene ini didesain untuk kapasitas limbah kotoran 1-3 ekor sapi perah dan dibuat dengan sistem berkelanjutan dengan metode sebagai berikut :
• Kotoran sapi dimasukkan ke biodigester tiap hari sesuai dengan produksinya.
• Sebelum dimasukkan ke biodogester kotoran tersebut dicampur air dengan perbandingan 1:1 untuk mendapatkan campuran yang homogen dan kadar air antara 80%-90%.
Secara teknis, biodigester polyethilene terbuat dari bata merah, campuran semen dan pasir dengan kapasitas 250 liter. Alat ini digunakan untuk dua kali pengisian kotoran sapi setiap hari. Proses pembangkitan energi gas bio dengan menggunakan alat ini memerlukan waktu sekira 20 hari. Setelah melalui proses ini, pemanfaatan gas bio dapat dilakukan secara berkelanjutan tergantung pada pasokan kotoran sapi sebagai bahan pembangkit gas bio. Bak penampung didesain sedemikian rupa untuk memudahkan dalam pemanfaatannya, misalnya untuk kompor gas. Pipa penyalur gas bio dari biodigester ke bak penampung dibuat dari pipa PVC.
Lama waktu pemanfaatan alat ini bergantung pada spesifikasi penyimpan gas dalam plastik polyethilene. Untuk pemanfaatan tungku pemasak selama 4-5 jam memerlukan alat biodogester dengan kapasitas penyimpan gas 2,5 m3.
Uraian singkat di atas menunjukkan, dibandingkan biodigester tipe fixed dome maupun floating drum, biodigester plastik polyethilene secara teknis dan pendanaan lebih sesuai dengan kondisi kebanyakan petani di perdesaan. Produksi gas bio yang dihasilkan dari bahan kotoran sapi mencapai 1,4 m3/hari atau setara dengan 0,8 liter minyak tanah per hari, apabila menggunakan biodigester dengan kapasitas 8,8 m3. Hasil penelitian menunjukkan,untuk memasak 1,5 kg nasi diperlukan 500 liter gas bio dengan lama waktu pemasakan sekira 1 jam.
Keuntungan lain yang diperoleh adalah lumpur hasil proses pembangkitan biogas yang dapat digunakan sebagai pupuk. Pupuk organik yang dihasilkan mencapai 16 ton/tahun dengan kadar air 50%. Keuntungan sampingan dalam bentuk uang setelah dikurangi dengan biaya produksi pupuk, dapat menambah pendapatan sebesar Rp. 1,6 juta/tahun. Dengan demikian, selain memberi jalan keluar terhadap masalah yang dihadapi kebanyakan petani dalam memenuhi kebutuhan energinya, pemanfaatan teknologi digester gas bio berbahan baku kotoran sapi juga menguntungkan. Selain dapat menghemat pemakaian bahan bakar minyak dan mengurangi potensi kerusakan hutan untuk kayu bakar, mengurangi pencemaran lingkungan, dapat menghasilkan pupuk organik, dan memberi solusi terhadap persoalan dunia pemanasan global. Silakan mencoba. (RED)
KONTRUKSI BANGUNAN BIOGAS
Bahan – bahan yang diperlukan untuk bangunan ukuran 2 m X 4 m X 1,5 m
1. Batu bata : 2500 Biji
2. Semen : 8 Sak
3. Pasir : 1 Pick Up
4. Batu cor : 4 Keranjang
5. Besi ukuran 8 :
Bahan – bahan yang diperlukan untuk instalasi Biogas
1. Plastik ukuran 0,5 cm lebar 100 Cm, panjang 400 Cm
2. Selang secukupnya
3. Klem besar secukupnya
4. Kran minimal satu buah
5. Pipa besi sebesar ukuran selang
Cara membuat bangunan biogas :
Semen dan pasir dicampur kemudian beri air secukupnya (loloh), kemudian siapkan batu bata, setelah semuanya siap ambil loloh dan letakkan pada tanah yang telah disiapkan untuk bangunan biogas (Digester) kemudian diberi batu bata begitu seterusnya hingga membentuk tembok dengan panjang 4 meter, lebar 2 meter dan tinggi 1,5 meter, setelah bangunan jadi, tutup dengan semen cor dengan ukuran tebal 0,10 m x 2 m x 4 m dan urat besi ukuran 8, jangan lupa untuk semen cor sudah diberi pipa besi dengan ukuran selang.
Setelah bangunan biogas siap, selanjutnya :
Cara pertama :
siapkan kotoran ternak (sapi) dan beri air secukupnya sehingga berbentuk cair yang selanjutnya dimasukkan ke dalam Digester setelah penuh, pipa besi yang ada di atas bangunan digester disambung dengan selang dan ujung satunya dimasukkan ke dalam plastik (tempat penampungan gas) dengan panjang selang sesuai dengan kebutuhan dimana akan diletakkan plastik (tempat penampungan gas) dan lubang plastik satunya diberi selang dengan panjang sesuai dengan kebutuhan yang selanjutnya diberi kran untuk pembuka dan penutup gas, selanjutnya Digester yang sudah penuh dengan cairan kotoran sapi didiamkan kurang lebih 3 Minggu, setelah itu setiap hari Digester ditambahkan cairan kotoran sapi agar gas (metana) diperbaharui setiap hari.
Cara kedua :
Sapi yang sudah ada di dalam kandang otomatis setiap harinya mengeluarkan kotoran maka sekalian untuk mengisi Digester, kandang sapi dibersihkan dengan menggunakan air setiap hari jadi, dan air bekas dari kandang disalurkan ke dalam Digester. (Usahakan setiap hari membersihkan kandang sapi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar