Oleh: Peris Tamba SE, MM
Pengamat Ekonomi, Director ISES (Institute for Social & Economic Studies)
Suara Indonesia news - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam sidang kabinet paripurna, Senin (6/10), meminta semua kalangan agar tidak panik menghadapi krisis ekonomi global yang terjadi saat ini. Dalam sidang kabinet yang dilaksanakan guna membahas dampak krisis ekonomi global itu dipaparkan situasi perekonomian yang terjadi di Indonesia saat ini.
Presiden SBY memerintahkan 10 langkah yang harus ditempuh untuk menghadapi krisis keuangan Amerika Serikat agar tidak memberikan pengaruh buruk terhadap perekonomian Indonesia. Presiden mengatakan bahwa di Indonesia tidak akan terjadi krisis moneter seperti tahun 1997 dan 1998 lalu, karena situasi politik dan ekonomi sudah jauh berbeda. Ekonomi saat ini jauh lebih membaik dan politik juga lebih kondusif.
Namun dua hari kemudian terjadi gejolak di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Transaksi saham anjlok dan sempat berhenti pada hari Rabu (8/10). Dampak phsikologis kemudian, terjadi kepanikan dan nilai rupiah jungkir balik mengalami depresiasi terhadap mata uang dolar.
Di tingkat lokal, baik Pempov. Kepri maupun Otorita Batam dan Pemko Batam melakukan antisipasi. Kalangan dunia usaha akan dikumpulkan guna mendengar langsung apa dampak gejolak keuangan global terhadap perekonomian daerah ini.
Penulis mencoba mencermati apa sesungguhnya yang terjadi di balik gejolak keuangan global ini. Sebagaimana dilaporkan bulan lalu, Departemen Tenaga Kerja AS mengumumkan jumlah pengangguran mencapai 6,1 persen. Jumlah ini meningkat menyusul PHK ribuan tenaga kerja sebagai akibat adanya krisis ekonomi.
Oleh: Peris Tamba SE, MM
Pengamat Ekonomi, Director ISES (Institute for Social & Economic Studies)
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam sidang kabinet paripurna, Senin (6/10), meminta semua kalangan agar tidak panik menghadapi krisis ekonomi global yang terjadi saat ini. Dalam sidang kabinet yang dilaksanakan guna membahas dampak krisis ekonomi global itu dipaparkan situasi perekonomian yang terjadi di Indonesia saat ini.
Presiden SBY memerintahkan 10 langkah yang harus ditempuh untuk menghadapi krisis keuangan Amerika Serikat agar tidak memberikan pengaruh buruk terhadap perekonomian Indonesia. Presiden mengatakan bahwa di Indonesia tidak akan terjadi krisis moneter seperti tahun 1997 dan 1998 lalu, karena situasi politik dan ekonomi sudah jauh berbeda. Ekonomi saat ini jauh lebih membaik dan politik juga lebih kondusif.
Namun dua hari kemudian terjadi gejolak di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Transaksi saham anjlok dan sempat berhenti pada hari Rabu (8/10). Dampak phsikologis kemudian, terjadi kepanikan dan nilai rupiah jungkir balik mengalami depresiasi terhadap mata uang dolar.
Di tingkat lokal, baik Pempov. Kepri maupun Otorita Batam dan Pemko Batam melakukan antisipasi. Kalangan dunia usaha akan dikumpulkan guna mendengar langsung apa dampak gejolak keuangan global terhadap perekonomian daerah ini.
Penulis mencoba mencermati apa sesungguhnya yang terjadi di balik gejolak keuangan global ini. Sebagaimana dilaporkan bulan lalu, Departemen Tenaga Kerja AS mengumumkan jumlah pengangguran mencapai 6,1 persen. Jumlah ini meningkat menyusul PHK ribuan tenaga kerja sebagai akibat adanya krisis ekonomi.
Presiden Bush menawarkan langkah-langkah penyelamatan ekonomi AS melalui paket kebijakan bailout. RUU Bailout pun diusulkan ke DPR AS. Namun DPR AS menolak RUU ini dengan alasan bahwa krisis disebabkan oleh gejolak pasar uang. Oleh karenanya jalan keluarnya harus diselesaikan di pasar uang pula.Gagalnya RUU Bailout disahkan DPR AS mengakibatkan Indeks Dow Jones mengalami penurunan 777 poin hanya dalam waktu satu hari. Penurunan ini menurut data pasar uang AS adalah penurunan terbesar selama satu dekade terakhir. Presiden Bush langsung menenangkan pasar.
Namun Bush tetap bersikukuh. Bush menekankan UU Bailout satu-satunya pintu penyelamatan ekonomi AS. Pintu lainnya sudah tertutup. Akhirnya lintas partai di DPR AS menyetuji UU Bailout. Senator Barack Obama yang kini menjadi calon presiden dari Partai Demokrat adalah salah satu senator yang menyetujui RUU tersebut.
Adapun tujuan UU Bailout itu adalah untuk membuat dana talangan sebesar 700 miliar dolar AS (sekitar Rp6 ribu triliun atau setara 4 kali lipat APBN Indonesia). Ternyata, paska persetujuan UU Bailout itu, harga saham- saham di pasar New York justru makin rontok.
Pertanyaan lebih lanjut, dengan disahkannnya dana talangan sebesar 700 miliar dolar AS itu, mengapa AS malah semakin krisis? Dan mengapa harga saham di Bursa Efek Jakarta ikut rontok? Aliran uang di pasar modal Indonesia beberapa tahun terakhir ini banyak didukung oleh dana asing jangka pendek (investasi potofolio). Dana jangka pendek ini merupakan uang panas karena dapat dengan cepat ditarik keluar oleh para pemain valuta asing (valas).
Dana jangka pendek internasional yang berputar di Indonesia tahun 2008 ini diperkirakan paling sedikitnya 50 miliar dolar AS. Jumlah ini setara dengan separuh jumlah APBN kita. Bisa dibayangkan, jika dana-dana jangka pendek ini ditarik maka akan terjadi arus balik keluar negeri. Kalau tidak hati-hati terhadap arus balik dana-dana jangka pendek ini, tentu dampaknya akan merusak perekonomian nasional. Dalam situasi seperti ini, rumor sedikit saja dapat menimbulkan kepanikan.
Karena dolar AS merupakan salah satu mata uang utama di dunia, maka perdagangannya berjalan terus di berbagai negara tanpa pernah berhenti selama apa yang disebut dengan global trading day. Keuntungan bisa diperoleh berupa return, capital gain maupun dividen dari perubahan kurs dalam hitungan detik dari selisih harga sekecil sekalipun.
Ketika perdagangan berakhir di suatu kota, maka aktivitasnya akan berpindah ke kota lain. Sebelum pasar New York ditutup, misalnya, perdagangan sudah mulai di Wellington. Dan dua jam setelah pasar saham Tokyo tutup, pasar saham London dibuka. Proses ini berlangsung terus sepanjang tahun sehingga mempermudah para investor melakukan bermacam-macam transaksi perdagangan secara simultan.
Penulis mengkhawatirkan gejolak mata uang ini bisa beradampak negatif terhadap perekonomian Batam. Gubernur dan Ketua OB memprediksi gejolak keuangan AS ini tidak berdampak negatif ke wilayah ini, dengan alasan AS bukan pasar dominan ekspor Batam.
Namun perlu kita catat bahwa gejolak ini merupakan gejolak mata uang global, maka dampaknya sudah barang tentu berpengaruh terhadap arus perdagangan barang. Pertumbuhan ekonomi Batam dominan ditopang konsumsi. Cukup besar konsumsi warga Batam berasal dari barang impor. Sudah barang tentu komoditi impor ini memerlukan pembayaran dengan mata uang dolar yang semakin mahal harganya.
Di sektor riil, investasi asing di Batam didominasi investasi langsung berjangka panjang berupa industri elektronika, shipyard, dan lain-lain. Para pengusaha di sini lebih sensitif terhadap masalah-masalah tenaga kerja, biaya produksi, dan infrastuktur. Dengan kata lain, investasi di Batam tidak akan mudah menguap. Tidak seperti investasi dana jangka pendek yang rentan menguap (volatile).
Mengumpulkan pengusaha yang dilakukan Otorita Batam merupakan langkah bagus. Pendapat atau pengalaman pengusaha memang perlu didengar dan dihimpun sebagai langkah antisipasi.
Namun, pengusaha adalah pelaku pasar. Bukan pengatur dan pengambil kebijakan. Seharusnya bila terjadi gejolak keuangan yang bersifat global seperti sekarang ini, maka untuk di tingkat lokal OB atau Pemkolah selaku pemegang kebijakan yang menjadi tempat bertanya.
Gejolak keuangan ini diibaratkan sebagai lautan luas yang sedang diterjang ombak dan badai. Sedangkan pengusaha diibaratkan sebagai pelaut. Jumlah investasi yang ditanamkan pengusaha diibaratkan ukuran kapal yang dimiliki. Jadi, siapakah yang bertanggung jawab, peramal cuaca? Analisis ekonomi sama seperti ramalan cuaca. Perubahan-perubahan dalam perekonomian Batam seperti inflasi, angka pengangguran, termasuk perubahan status OB menjadi BP Kawasan FTZ, merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi cuaca.
Ramalan-ramalan ini sudah sepantasnya dimiliki OB. Karena OB sebentar lagi akan berkecimpung menangani perdagangan bebas (FTZ), maka selain analisis ekonomi OB diharapkan dapat memaparkan analisis fundamental seluk-beluk keuangan global. Ini penting demi kesuksesan FTZ yang sudah lama dinanti-nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar