
Suara Indonesia News - Inggris dan Amerika Serikat mengecam Rusia dan Cina yang memveto draf resolusi Dewan Keamanan untuk menerapkan sanksi bagi pemimpin Zimbabwe.
Menteri Luar Negeri Inggris David Miliband mengatakan veto ini tidak bisa dipahami khususnya karena Rusia sebelumnya mendukung tindakan yang lebih keras.
Resolusi itu menginginkan adanya embargo senjata dan larangan perjalanan bagi Robert Mugabe, dan 13 sekutu dekatnya.
Dutabesar Zimbabwe di PBB mengatakan Amerika Serikat dan Inggris mengajukan alasan yang tidak masuk akal.
Boniface Chidyausiku mengatakan dia senang dengan kegagalan apa yang disebutnya mekanisasi dari kedua negara tersebut.
Semakin muncul kritikan internasional terhadap Zimbabwe sejak terpilihnya Robert Mugabe dalam pemilihan tahap kedua yang diboikot oleh pihak oposisi.
Rusia dan Cina mengatakan menolak resolusi tersebut karena situasi di Zimbabwe tidak mengancam stabilitas internasional.
Mitra G-8
Dutabesar Amerika Serikat untuk PBB, Zalmay Khalilzad mengatakan veto yang dilakukan Rusia menimbulkan pertanyaan mengenai "kepercayaan yang bisa diberikan negara itu sebagai mitra G-8."
Pemungutan Suara PBB
MENDUKUNG
Belgia
Burkina Faso
Costa Rica
Kroatia
Perancis
Italia
Panama
Inggris
Amerika Serikat
MENOLAK
Cina
Libya
Rusia
Afrika Selatan
Vietnam
ABSTAIN
Indonesia
Menlu Inggris Miliband mengatakan Rusia menggunakan vetonya meski sudah ada janji sebelumnya dari Presiden Dmitry Medvedev guna mendukung resolusi ketika masalah tersebut didiskusikan dalam pertemuan G-8 di Jepang.
Menurut wartawan BBC Andy Gallacher di markas PBB di New York, gagalnya resolusi ini merupakan tamparan besar bagi Amerika Serikat dan Inggris.
Dutabesar Inggris untuk PBB mengatakan setelah veto bahwa PBB telah gagal melaksanakan tugasnya.
"Rakyat Zimbabwe harus mendapatkan harapan bahwa akhir penderitaan mereka sudah dekat," kata Sir John Sawers.
"Dewan Keamanan hari ini gagal memberikan mereka harapan."
Namun dutabesar Rusia, Vitaly Churkin mengatakan sanksi akan melampaui mandat yang dimiliki oleh PBB.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Cina, Liu Jianchao mengatakan sanksi akan memperumit kondisi di Zimbabwe dan tidak akan membantu mendorong berbagai faksi di sana terlibat dalam perundingan dan dialog politik.
Afrika Selatan - yang berharap Presiden Mugabe dan pihak oposisi bisa mencapai persetujuan untuk berbagi kekuasaan - menolak sanksi tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar