Minggu, Juni 29, 2008
PLN Kewalahan Atasi Tingginya Permintaan Listrik
Jakarta, Suara Indonesia News - PT PLN (Persero) mengaku kewalahan menangani tingginya pertumbuhan konsumsi listrik masyarakat. Pemerintah pun membentuk tim konservasi energi untuk mengaudit penggunaan energi seluruh gedung di Jakarta untuk penghematan energi.
Direktur Utama PLN, Fahmi Mochtar mengatakan pertumbuhan konsumsi listrik cukup tinggi, yaitu 6,8 persen. Dengan demikian, pembangkit listrik yang menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) harus beroperasi lebih keras.
"Harus dilakukan penghematan supaya subsidi yang diberikan tidak meningkat," kata Fahmi dalam konferensi pers tentang hasil rapat kerja PLN dan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, di gedung PLN Pusat, Jakarta, Sabtu (28/6).
Padahal, Fahmi melanjutkan, dalam minggu-minggu ini, pasokan listrik Jawa Bali rawan, karena cadangan listrik yang rendah dan pasokan batu bara yang terhambat. Cadangan listrik hanya 20 persen, sementara konsumsi listrik dari Januari sampai Mei 2008 sebesar 6,8 persen. Jika kondisi ini dibiarkan, maka kemungkinan volume BBM PLN bertambah. "Kalau kondisinya seperti ini, kami akan bicarakan dengan pemerintah," ujarnya.
Meningkatnya konsumsi listrik karena beralihnya industri dari pemakaian mesin disel ke listrik PLN. Ini akibat mahalnya biaya BBM (solar) industri sebagai imbas tingginya harga minyak mentah dunia. Biaya BBM yang tinggi menyebabkan biaya produksi industri meningkat. Industri pun menekan biaya produksi dengan beralih ke listrik PLN. Maka beban listrik pun bertambah, sementara cadangan listrik hanya 20 persen.
Kondisi semakin parah karena tidak beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Cilacap (2x300 MW) sehingga sistem kelistrikan Jawa Bali defisit 700 MW. Dalam beberapa minggu terakhir pun, Jawa Bali kerap mengalami pemadaman bergilir.
Pembangkit listrik milik swasta tersebut tak beroperasi akibat masalah utang pembayaran batu bara PT Sumber Segara Sakti Primadaya, operator, kepada PT Adaro Indonesia.
Menurut Fahmi, hari Minggu besok (29/6) PLTU Cilacap mulai beroperasi secara bertahap dengan datangnya pasokan batu bara sebanyak 12 ribu ton.
Upaya memperkecil frekuensi pemadaman bergilir, kata Fahmi, PLN akan mempercepat waktu pemeliharaan pembangkitan. Selain itu, PLN meminta industri untuk mengatur penjadwalan produksi supaya terjadi pengurangan beban pada sistem Jawa Bali.
"Ada kondisi yang kami lihat untuk jadi peluang. Pada hari Sabtu-Minggu (beban listrik) turun hampir 1.000 MW. Kami nego (industri) supaya libur tidak serempak Sabtu-Minggu, tapi hari-hari lain. Supaya terjadi pengurangan pembebanan pada sistem Jawa Bali," tuturnya.
Sedangkan industri yang terkena pemadaman bergilir, katanya, akan mendapat kompensasi sesuai standar unit PLN wilayah tersebut. Misalnya, ada unit PLN yang memberikan kompensasi jika pemadaman terjadi tiga hari berturut-turut, atau dalam kurun waktu 1 bulan maksimal 3-4 kali pemadaman dengan lama maksimal 3 jam. Bentuk kompensasi adalah pengurangan biaya tagihan. "Jadi tiap daerah tidak bisa digeneralisir karena beda-beda," kata Fahmi. Industri yang menyatakan bersedia bekerja sama diantaranya asosiasi industri tekstil.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar