Sabtu, Juni 19, 2010
Sosok Pejuang Nasional Terlupakan, Panglima Kolonel Jacob Frederik Warouw (Bung Joop)
Nama Panglima Kolonel Jacob Frederik Warouw yang di kenal dengan nama panggilan Bung Joop pada masa perjuangan adalah Panglima yang berani mengambil kebijakan untuk kepentingan rakyat dan dimasa itu Bung joop adalah Panglima yang pertama diajak untuk mengawal Presiden Soekarno keliling dunia, Bung Joop banyak terlibat peperangan langsung di medan pertempuran demi mempertahankan ibu pertiwi yaitu NKRI diantara lain pertempuran peristiwa APRA (Angkatan Perang ratu adil) bersama Kapten Leo Lopolisa dan Letnan Minggus (anak buah Bung Joop) dan kenal baik Letkol. Lemboung (alm).
Bung Joop juga menjadi pasukan istimewa dan terlibat langsung pertempuran 10 November di Surabaya dan penembak Brigjen Mallaby adalah pasukan istimewa disaat itu Bung Joop sebagai wakil komandan dan komandan istimewa adalah komandan Tamboto setelah mundur menjadi komandan istimewa Bung Joop naik sebagai Komandan Istimewa, penyerbuan markas KEMPETAI Jepang di Surabaya dan menjadi komandan Brigade XVI memimpin langsung pertempuran di kawasan Gunung Kawi dan Gunung Arjuna Jawa timur sempat bermarkas di Blitar setelah itu Detasemen Brigade XVI dikirim ke Yogja peristiwa 6 jam saat itu di pimpin oleh Komandan H.N Sumual.
Bung Joop diangkat menjadi Panglima Tentara Teritorium VII di wilayah timur menggantikan Kolonel Gatot Subroto, jabatan terakhir Bung Joop adalah sebagai Militer Atase di Beijing Cina dan Bung Joop tercatat dalam keluarga besar BRAWIJAYA.
Menurut Ronald Warouw yang akrab di panggil Bung Roni (anak pertama Bung Joop) bahwa di jaman itu Bung Roni melihat persis apa yang di lakukan ayahnya selain mendengarkan temen-teman ayahnya yang di sampaikan ke Bung Roni “babe saya adalah pejuang murni krn saya masih ingat bagaimana babe saya memperjuangkan bumi pertiwi yang kami cintai ini demi masyarakat Indonesia, begitu banyak kenangan bersama babe di saat itu, saya berharap perjuangan babe dapat diingat selalu oleh generasi-genersasi penerus terutama di sulawesi utara karena banyak pejuang sulawesi utara yang hilang sejarahnya begitu saja sehingga generasi penerus tidak tau siapa pejuang Sulawesi utara yang sebenarnya, sudah waktunya sejarah harus di luruskan sehingga anak cucu kita tidak buta akan sejarah pejuang-pejuang sejati” ungkap Roni. (Reksi)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar